Suatu hari di tahun 1966, Master bersama beberapa pengikut datang
ke suatu Balai Pengobatan di Fenglin untuk mengunjungi seorang
umat yang menjalani operasi akibat pendarahan lambung. Ketika
keluar dari kamar pasien, beliau melihat bercak darah di atas
lantai tetapi tidak tampak adanya pasien, setelah mencari informasinya
baru diketahui seorang wanita penduduk asli asal gunung Fengbin
keguguran, berhubung tidak mampu membayar NT$ 8,000 (lihat catatan
di bawah), maka tidak bisa berobat dan terpaksa dibawa pulang
kembali. Mendengar penuturan itu, perasaan Master sangatlah terguncang,
seketika itu beliau memutuskan hendak berusaha mengumpulkan dana
sosial untuk menolong orang dan menyumbangkan semua kemampuan
yang ada padanya untuk menolong saudara-saudari yang menderita
sakit dan kemiskinan di bagian Timur. Dengan demikian niat membentuk
[Perhimpunan Bhakti Amal Tzu Chi] mulai berakar dan bertunas serta
tumbuh di dalam lubuk hati Master.
CATATAN: Peristiwa bercak darah yang
menimpa wanita pribumi bernama Chen Qiuyin yang dikarenakan
tidak mampu membayar NT$ 8,000 (Delapan ribu dollar) lantas
tidak dapat berobat, apakah NT$ 8,000 itu adalah biaya pengobatan,
uang jaminan atau uang muka? Setelah peristiwa itu, keterangan
yang dikumpulkan dari beberapa pihak tidak seragam, berdasarkan
salah seorang anggota keluarganya bernama Chen Wenqian yang
mengantar Chen Qiuyin berobat pada saat itu pernah menuturkan
secara terbuka kepada umum bahwa uang yang dimaksud itu
adalah uang jaminan, kabar yang diperoleh Master juga sama
yaitu uang jaminan, lagipula Li Manmei, orang yang langsung
berbicara dengan pasien dan pribumi lainnya di tempat peristiwa
pada waktu itu (di tahun itu) telah beberapa kali menyelidiki
dan mengemukakan hal serupa yaitu uang jaminan, namun pernah
juga sekali dia hanya menyebutkan NT$ 8,000 dan tidak menyinggung
uang jaminan. Dalam putusan kasus perdata, disimpulkan Li
Manmei menerangkan kepada Master bahwa karena pasien tidak
mempunyai uang sebanyak NT$ 8,000 sehimgga pergi meninggalkan
Rumah Sakit merupakan suatu kenyataan, juga mengakui bukti
bercak darah memang ada keberadaannya. Kasus ini diakhiri
atas pilihan Tzu Chi untuk tidak mengajukan pengaduan naik
banding. |
Keterangan Gambar: Inilah
tempat Master membina ajaran Buddha dan hidup prihatin di tahun
itu, sekaligus merupakan tempat asal berkembangnya Dunia Tzu Chi
sekarang.
Karena ada jalinan jodoh, di saat itu kebetulan
sekali tiga orang suster Katholik dari Sekolah Menengah Hualian
datang berkunjung untuk menemui Master, mereka membahas masalah
agama, kehidupan manusia, bahkan memperdebatkan makna ajaran agama,
suster bertanya: "Agama Katholik kami telah membangun Rumah
Sakit, mendirikan Sekolah dan mengelola Panti Jompo untuk membagi
kasih sayang kepada semua umat manusia, walaupun Buddha juga menyebut
menolong dunia dengan welas asih, tetapi mohon tanya, Agama Buddha
mempersembahkan instansi apa untuk masyarakat?" Kata-kata
ini sangat menyentuh hati Master, karena mengingat waktu itu umat
Buddha menjalankan kebajikan dan beramal tanpa mementingkan namanya,
dari situ membuktikan semua umat Buddha memiliki rasa cinta kasih
yang dalam, hanya saja terpencar dan kurang koordinasi serta kurang
pengelolahannya. Master bertekad untuk menghimpun potensi ini
dengan diawali dari mengulurkan tangan mendahulukan bantuan kemanusiaan.
Keterangan Gambar: Jauh
di awal tahun 1970, sewaktu anggota komite Tzu Chi mengunjungi
kaum fakir miskin di Fenglin, kendaraan yang mereka gunakan mengalami
masalah, dengan spontan menggelorakan semangat [Bersatu-hati;
Harmonis; Saling menyayangi; Bergotong-royong] untuk menegakkan
teladan Bodhisattva dunia, sehingga bisa menjalankan apa yang
sulit dilaksanakan bagi orang awam dan bisa sabar atas segala
sesuatu yang sulit bagi orang awam.
Cikal Bakal Tzu Chi Dibentuk Dari Rajutan
Kegiatan aksi sosial untuk kaum fakir miskin dari Tzu Chi diawali
dari 6 orang sedharma yang setiap hari, masing-masing individu,
menghasilkan sepasang sepatu bayi. Di samping itu, setiap anggota
diberikan sebuah celengan bambu oleh Master, agar para ibu rumah
tangga setiap pagi sebelum pergi belanja sayur ke pasar, menghemat
dan menabungkan 50 sen ke dalam celengan bambu. Dari 30 anggota
bisa terkumpul sebanyak 450 dollar setiap bulan, ditambah hasil
pembuatan sepatu bayi 720 dollar, maka setiap bulan bisa terkumpul
sebanyak 1,170 dollar sebagai dana bantuan untuk kaum fakir miskin.
Kejadian ini dengan cepat menjalar luas ke berbagai tempat di
Hualian, orang yang ingin turut bergabung semakin banyak, potensi
berkemampuan menyalurkan bantuan dari beribu pasang tangan dalam
waktu singkat segera berkembang. Pada tanggal 14 Mei 1966 (Imlek
yaitu tanggal 24 bulan 3), [Perhimpunan Amal Penanggulan Kesusahan
Buddha Tzu Chi] secara resmi terbentuk.
Pada awal masa pembentukan [Perhimpunan Bhakti Amal Tzu Chi],
Master bersama para pengikut mengambil tempat sempit yg tidak
lebih dari 20 M persegi di Vihara Puming, sambil berupaya menghasilkan
produk untuk mendukung kehidupan, sambil menangani pula tugas
perhimpunan, ruangan yang dipakai sesungguhnya tidak mencukupi
kebutuhannya. Sehingga pada musin gugur tahun 1967, Ibunda Master
membelikannya sebidang tanah yaitu yang sekarang dimanfaatkan
untuk bangunan Griya Perenungan. Walaupun demikian, Master beserta
para pengikut masih tetap seperti sediakala mempertahankan prinsip
hidup mandiri, biaya perluasan seluruh proyek Griya Perenungan,
selain mengandalkan pinjaman uang dari Bank atas dasar hipotik
hak kepemilikan tanah miliknya, juga dari hasil usaha kerajinan
tangan. Hingga kini sudah mengalami 11 kali renovasi dan hingga
tahun 1999, Griya Perenungan baru menampakkan bentuk menyeluruh
seperti sekarang, [Griya Perenungan] yang tentram, anggun dan
yang bersahaja tidak megah sekali, telah menjadi kampung halaman
batin para insan Tzu Chi sedunia.
Keterangan Gambar: Keadaan
Griya Perenungan dalam taraf pembangunan di tahun 1968, di sekitarnya
masih sepi dan gersang.
Keterangan Gambar: Bentuk
Griya Perenungan sekarang yang tentram, anggun, dan bersahaja,
tidak megah sekali, telah menjadi kampung halaman batin para insan
Tzu Chi baik dalam maupun luar negeri.
Beribu Mata Menatap Berawal dari Sepasang
Mata Memandang; Beribu Tangan Menggarap Dimulai dari Sepasang
Tangan Bergerak.
Dambaan Tzu Chi adalah berdasarkan hati yang penuh [Welas asih;
Kasih sayang; Suka cita dan Beramal] bisa terbentuk tingkah laku
yang baik untuk menolong para penderita dan membasmi penderitaan
dengan senang hati. Semangat kerja Tzu Chi berlandaskan pada [Ketulusan;
Keadilan; Kepercayaan; Kenyataan] dan diharapkan dengan kebijaksanaan
keharmonisan bisa mengajak orang bijak sejagat untuk bersama-sama
turut membajak lahan keberkahan dan dengan tekun menanami benih
belas kasih, serta bersama-sama menciptakan masyarakat yang penuh
cinta kasih.
Oleh karena itu, hingga Desember tahun 2003, para Bodhisattva
dunia yang menerapkan langkah untuk mewujudkan cita-cita Tzu Chi
telah memiliki anggota komite sebanyak 19.450 orang (termasuk
suami-istri). Anggota Tzu Cheng sebanyak 9.429 orang, jejak kaki
para insan Tzu Chi sudah bertebaran baik di dalam maupun di luar
negeri. Demikian halnya dengan misi Tzu Chi yang mencakup misi
kemanusiaan, misi pengobatan, misi pendidikan dan misi kebudayaan
memperluas lingkupnya hingga pada jangkauan bantuan bencana internasional,
penyumbangan sumsum tulang belakang, relawan komunitas, kegiatan
daur ulang, yang keseluruhan dapat disebut dengan [satu langkah
delapan jejak].
Insan Tzu Chi bersatu padu dan saling bekerja-sama dengan kebijaksanaan,
saling mendukung dengan cinta kasih, memberi petolongan atas kepekaan
jeritan penderitaan, tepat waktu menyelesaikan kesusahan dan mengembangkan
kemampuan [satu mata memandang bisa menyebabkan beribu mata ikut
menatap dan satu tangan bergerak bisa diikuti beribu tangan turut
menggarap] agar Tzu Chi berkapasitas membuat setiap keluarga sehat
dan sentosa, serta di setiap tempat bisa dipenuhi kehangatan dan
keramahan.
|