Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Berita Kemanusiaan
 Berita Kesehatan
 Berita Pendidikan
 Berita Kebudayaan
 Berita Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
中文繁體
Tanggal : 15/08/2008

Persiapan Tzu Ching Camp 2008

Dibalik Tzu Ching Camp 2008

                                                                                                  artikel & foto : Veronika

Foto

* Susah dan senang bersama-sama hal ini terlihat jelas dari kerja sama yang dilakukan oleh para anggota Tzu Ching dalam mempersiapkan kegiatan ini. Peluh yang bercucuran tidak menghambat besarnya semangat mereka untuk menebarkan kebajikan di hati semua orang.

Jam menunjukkan pukul 12.00 siang. Seharusnya saat ini Dewi Sisilia, salah satu karyawan Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, tengah rehat sejenak untuk makan siang dan mengendurkan urat syaraf, setelah lebih kurang tiga jam berkelut dengan rutinitas pekerjaan.

Namun kali ini Dewi, tidak beranjak dari tempat duduknya. Bahkan ia terlihat semakin serius menatap rentetan kalimat yang terdapat pada layar komputernya. Tidak lama kemudian, tangannya menyambar telepon di sebelahnya dan dalam sekejap saja ia terlarut dalam pembicaraan serius mengenai keperluan kegiatan Tzu Ching Camp 2008.


Masih dengan menggunakan seragam kantor, Dewi yang resmi bergabung dengan muda-mudi Tzu Chi (Tzu Ching -red) lebih kurang empat tahun lalu ini, tidak segan-segan mengangkat beberapa dus barang dengan tangannya. “Sebenarnya bekerja dan berkarya di bidang sosial dan amal merupakan hobi saya, maka saya tidak pernah merasa terbebani menjalaninya,” tuturnya sambil tersenyum.

Sejak dulu, putri ke-3 dari tiga bersaudara ini memang sudah aktif dalam kegiatan sosial. “Dulu sebelum ini saya sudah aktif di organisasi Himanda (Himpunan Mahasiswa Mandarin) Universitas Bina Nusantara. Tapi setelah saya mengenal Tzu Chi, dan bergabung dengan Tzu Ching, saya merasa ada sesuatu yang berbeda dengan organisasi kemanusiaan ini,” jelas Dewi.

Kerja sama yang baik dan rasa kekeluargaan yang erat adalah salah satu alasan Dewi mengapa hingga saat ini, ia masih bergabung dengan Tzu Chi. “Susah dan senang selalu kami rasakan bersama-sama.”

Setelah menyelesaikan makan siangnya, Dewi pun mengganti seragamnya dengan seragam Tzu Ching dan bergegas menuju Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. Sesampainya di sana, ia langsung bergabung dengan beberapa anak-anak Tzu Ching yang sudah datang lebih awal untuk mengerjakan persiapan Tzu Ching Camp yang rencananya akan berlangsung mulai dari 16-18 Agustus 2008.

“Saya beruntung karena bekerja di Yayasan Tzu Chi Indonesia, sehingga masih ada sedikit kelonggaran untuk turut serta dalam kegiatan seperti ini,” ucap Dewi, yang mengaku divisi tempatnya bekerja juga menaungi kegiatan serupa.

Tidak hanya Dewi, beberapa anggota Tzu Ching juga ada yang berstatus sebagai karyawan. Namun seperti yang pernah diucapkan oleh Master Cheng Yen, “Apabila ada niat yang tulus, maka pasti ada jalan untuk melakukannya.” Buktinya, hingga saat ini para anggota Tzu Ching yang bekerja pun masih bisa membagi waktu mereka untuk tetap eksis melakukan kebajikan.

 

Ket: - Sejak pukul 09.00 pagi, para anggota Tzu Ching, dan panitia Tzu Ching Camp, sudah terlihat sibuk
          mempersiapkan aula lantai RSKB Cinta Kasih Tzu Chi, sebagai salah satu tempat penyelenggaraan Tzu Ching
          Camp 2008. (kiri)

     - Setelah menyelesaikan tanggung jawabnya di kantor, tanpa mengenal lelah Dewi Sisilia pun kembali larut dalam
         kontribusinya di acara Tzu Ching Camp 2008. (kanan)

Saatnya Meredam Emosi
Berbeda dengan kehidupan sehari-hari, menjadi relawan maupun anggota Tzu Ching bukanlah hal yang mudah. Di sini kita belajar untuk lebih rendah hati dan bertoleransi terhadap beragam karakter yang ada. ”Menjadi seorang relawan, kita harus berjiwa besar,” tegas Dewi.

Tidak hanya Dewi, hal yang sama juga dituturkan oleh Ruslina. Gadis berumur 19 tahun ini, baru pertama bergabung dengan Tzu Ching. ”Awalnya saya hanya mengetahui tentang Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia melalui siaran DAAI TV Indonesia. Melihat kegiatan yang dilakukan oleh yayasan ini membuat saya tertarik untuk turut serta di dalamnya.”

Bagi Ruslina, yang langsung mendapatkan pekerjaan membersihkan Aula Rumah Sakit Khusus Bedah (RSKB) Cinta Kasih Tzu Chi, bekerja untuk kegiatan kemanusiaan memang membutuhkan kesabaran lebih. ”Semua berawal dari niat dalam hati. Apabila niat kita tulus, pekerjaan apapun tidak akan terasa berat, bahkan sebaliknya semuanya akan terasa menyenangkan,” ungkap Ruslina sambil menyeka peluh yang mulai jatuh di dahinya.

Persiapan Tzu Ching Camp 2008 sendiri sudah dimulai lebih kurang tiga bulan yang lalu. ”Kami mulai meeting materi Tzu Ching Camp pada bulan Mei 2008,” tutur Indra Wijaya. Tidak hanya materi, lebih kurang 20 panitia pun mulai dibentuk untuk pembagian tugas.

Tidak jauh berbeda dengan tahun lalu, kali ini Tzu Ching Camp 2008 menitikberatkan pada tiga point yakni, menghargai kehidupan, berbakti kepada orangtua, serta pelestarian lingkungan. Dan dalam rangka memperkenalkan Tzu Ching serta menyebarkan kebajikan di seluruh penjuru, Tzu Ching Camp juga memberikan kesempatan kepada teman-teman mahasiswa yang berada di luar kota untuk turut serta dalam kegiatan ini.

 

Ket: - Selain aula RSKB Tzu Chi, para panitia Tzu Ching Camp juga terjun langsung untuk merapikan dan mempersiapkan
         lebih kurang 30 di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi sebagai tempat peristirahatan para peserta Tzu Ching Camp. (kiri)

     - Tidak hanya belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, bekerja sosial Tzu Chi juga mengasah kita menjadi
         manusia yang menghargai kehidupan dan penuh cinta kasih. (kanan)

”Menurut data yang telah kami terima, lebih kurang terdapat 100 peserta. Kali ini tidak hanya dari Jakarta, beberapa mahasiswa dari Bandung, Pati, Pekanbaru, serta Medan, pun turut meramaikan Tzu Ching Camp 2008,” tambah Indra.

Perjalanan pesiapan Tzu Ching Camp tidak semudah yang dibayangkan. Banyak kendala yang harus dihadapi oleh para panitia hingga menuntut kesabaran ekstra. ”Kami melakukan re-schedule berulang-ulang, hal ini dikarenakan beberapa acara dadakan yang harus disesuaikan dengan kegiatan kami,” jelas Indra.

Belum lagi sulitnya sumber daya manusia yang bisa siap sedia ketika dibutuhkan, juga menjadi kendala klasik dalam setiap kegiatan. ”Kami mencoba untuk mengatasi kendala-kendala tersebut dengan sikap saling bertoleransi. Salah satunya dengan mengatur jadwal pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah disepakati,” ucap ketua pelaksana Tzu Ching Camp 2008 ini.

Indra mengaku memiliki strategi sendiri dalam memotivasi teman-teman yang lain dalam bekerja. ”Terkadang kita sungkan untuk menyuruh teman-teman dalam mengerjakan sesuatu, terlebih menegur mereka yang terlihat santai dan tidak bekerja. Sulitnya karena posisi kita semua ini adalah sukarelawan. Makanya untuk mengatasinya saya cenderung mengerjakan sebuah pekerjaan di depan mereka terlebih dahulu, agar mereka dapat mencontoh apa yang kita kerjakan.”

Seperti yang pernah Master Cheng Yen katakan, Tzu Chi merupakan salah satu tempat belajar untuk menjadi manusia yang lebih baik.

Berita Terkait :
       - Berbagi Kasih Bersama Rohimin di Kampung Nelayan | 慈青成長營學員們到甘澎.那拉延
         (KAMPUNG NELAYAN)村和漁民羅依敏(ROHIMIN)愛的分享與互動 (16/08/2008)

       - Berkreasi bagi Sesama | 為社會造福 (17/08/2008)
       - Oleh-oleh dari Kamp Tiga Hari | 三天慈青成長營的成果 (18/08/2008)

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id