Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
  Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 09/01/2009

Gathering Stephen Huang Bersama Pengusaha Indonesia

Membuat Keputusan yang Tepat

                                                                                                  artikel & foto: Himawan Susanto

Foto

* Stephen Huang menceritakan pengalaman hidupnya dan aktvitasnya di Tzu Chi kepada sejumlah pengusaha Indonesia di Hotel Grand Hyatt Jakarta.

“Dalam hidup, semua orang harus membuat keputusan,” ungkap Stephen Huang, penasehat Tzu Chi Internasional dalam sharingnya di depan 52 pengusaha Indonesia di Krakatau Room, Hotel Grand Hyatt Jakarta tanggal 9 Januari 2009. Ini adalah acara pertama selama kunjungan tiga harinya di Jakarta. Selama di Jakarta, ia juga berbagi pengalamannya berkeliling dunia mengurus Tzu Chi kepada para relawan Tzu Chi.


Hati-hati dengan Uang
“Hal apa yang bisa buat kita kacau? Itu adalah uang,” ujarnya. Menurutnya lagi, di dunia ini tak ada satu orang pun yang tidak suka uang. “Kalau tidak ada uang apapun tidak bisa dilakukan. Membantu orang lain pun membutuhkan uang,” terangnya. Karena itulah, akhirnya manusia mudah sekali menjadi buruh uang. Apapun dikerjakan manusia, walaupun tidak tiap kali dapat menghasilkan keuntungan, karena bahkan kadang menyebabkan kerugian. Stephen Huang juga menuturkan, uang dapat membuat kekacauan dalam hubungan percintaan, keluarga, anak, sanak saudara, dan juga persahabatan.

“Sungguh aneh. Waktu sama-sama susah bisa kerja keras, tapi begitu kaya, teman bahkan bisa jadi musuh hanya karena masalah uang,” tuturnya. Ia lalu bercerita mengenai rekannya yang dikenal sejak tahun 1984. Saat itu, rekannya tidak memiliki mobil, rumah, dan berbagai macam benda materi lainnya. Namun, meski kini rekannya ini hidupnya telah berlebihan, ia tetap ambisius. Apapun ingin dilakukannya.

Pernah di satu ketika, rekannya ini menelpon Stephen Huang. Saat itu, Stephen sedang berada di Hualien (Taiwan) bersama Master Cheng Yen. Rekannya ini menelepon Stephen berulang kali untuk mengajaknya bekerja sama. Mengetahui hal ini, Master Cheng Yen lalu bertanya kepada Stephen Huang, “Kamu sedang sibuk apa?” Stephen kemudian menceritakan ada tawaran kerja sama baru dari rekannya. ”Apakah itu tawaran kerja sama dalam jual beli tanah?” tanya Master Cheng Yen. Mendengar pertanyaan sekaligus pernyataan Master Cheng Yen yang mengetahui tawaran kerja sama baru yang ditawarkan rekannya, Stephen Huang pun terkejut. Belum hilang keterkejutan itu, Master Cheng Yen kembali bertanya kepadanya, “Apakah kamu sudah menjadi seorang vegetarian, dan jika diberikan 500 dolar NT untuk makan satu hari apakah cukup?” Stephen lalu menghitung biaya makan vegetarian yang setiap satu kali makan berkisar 80 dolar NT. Stephen pun menjawab, uang sebesar 500 dolar NT sudah lebih dari cukup untuk makan satu hari bervegetarian.

 

Ket: - Stephen Huang banyak bertutur tentang pengalaman hidupnya ketika masih aktif di dunia bisnis hingga akhirnya
         memutuskan untuk meninggalkannya. (kiri)

     - Para undangan sedang menyaksikan salah satu kegiatan relawan Tzu Chi yang mencari sumbangan dana untuk
         membantu para korban bencana alam di Myanmar dan Tiongkok. (kanan)

Master Cheng Yen pun lalu berkata kepadanya, “Kalau begitu kamu sibuk apa lagi?” Sebelum Stephen Huang memutuskan untuk berhenti dari dunia bisnis, rekannya terakhir kali mengajaknya bekerja sama untuk meng-go public-kan perusahaan mereka. Saat itulah Stephen Huang kemudian memutuskan diri untuk pensiun dan fokus di Yayasan Buddha Tzu Chi. Mengenai keputusannya ini, Stephen Huang sempat bertanya kepada Master Cheng Yen, namun Master Cheng Yen tak pernah menjawabnya sama sekali. ”Master Cheng Yen tidak pernah mau memutuskan untuk kita,” ujar Stephen Huang. Banyak sekali orang yang masih mempercayai takhayul dan pergi menemui Master Cheng Yen. Mereka seringkali bertanya, kalau usaha ini bagus atau tidak? ”Master Cheng Yen selalu berkata beliau tidak tahu. Karena memang Master Cheng Yen tidak percaya takhayul. Master Cheng Yen selalu mengatakan kamu yang harus memutuskan sendiri,” papar Stephen Huang.

Saat Stephen Huang memutuskan untuk pensiun dari bisnis. Ia berpikir bahwa apa yang harus ia miliki sudah ia dapatkan. Apa yang harus dinikmati juga sudah ia rasakan: mobil, makan enak, dan memiliki keluarga yang harmonis. Apalagi di Tzu Chi ia sudah memiliki tujuan yang jelas. Dan 5 tahun setelah ia keluar dari bisnis, rekannya mengalami kebangkrutan karena keambisiusannya. Rekannya pun juga bercerai dengan istri, dan keluarganya menjadi berantakan. ”Karenanya, setiap keputusan yang kita ambil nanti kita sendiri yang akan merasakan buah karmanya,” lanjutnya. ”Sekarang yang saya mau informasikan, tidak peduli percaya kelahiran kembali atau tidak, tidak usah dipikirkan. Masa 50-60 tahun yang lalu bagaimana, tidak usah dipikirkan. Yang akan datang juga tidak usah dipikirkan. Yang terpenting sekarang bertindak sebagaimana mestinya. Sebab sudah terbukti, yang harus dilakukan adalah menjalin jodoh baik untuk mengubah buah karma,” katanya memberikan penjelasan.

Tiap Pilihan Memiliki Resiko
Stephen Huang juga menceritakan bahwa dahulu saat diramal nasibnya, ia diberitahu bahwa pada usia 49 tahun ia akan meninggal. Karena sibuk dengan berbagai macam kegiatan Tzu Chi, waktu ia berusia 53 tahun ia baru sadar belum meninggal. Begitu ia melihat paspor ternyata telah disuruh oleh Master Cheng Yen untuk mengunjungi 36 negara. ”Pantas saja penangkap roh tidak menemukan saya karena saya terus bepergian sepanjang tahun,” candanya.

”Itu karena pemikiran saya sudah berubah. Saya bervegetarian dan juga karena saya berbuat amal di Tzu Chi. Tidak peduli apakah buat Tzu Chi ada karma baik atau tidak, tapi saya tahu pemikiran saya berubah dan telah mengubah hidup saya,” jelasnya yakin. Stephen Huang juga memberikan sebuah contoh lain bagaimana sebuah keputusan yang dibuat pada akhirnya berpengaruh besar dalam kehidupan. Saat seseorang hendak menikah, orang itu harus memilih satu orang untuk menjadi pasangannya. Namun sebenarnya pernikahan ini adalah hal yang sangat beresiko. Bahkan tidak hanya pernikahan, melahirkan anak pun merupakan sebuah resiko. Anak Stephen Huang kini telah berusia 33 tahun. Dahulu saat masih kecil lucu sekali, namun sekarang ia kadang bisa membantah. Tidak lagi selucu dahulu. “Namun semua itu telah terlambat karena itu adalah hasil keputusan diri kita sendiri untuk menikah dan memiliki anak,” ujarnya.

 

Ket: - Para undangan menyaksikan Prijanto, Wakil Gubernur DKI Jakarta memberikan komentarnya mengenai perubahan
         berarti yang ada di anak-anak Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi. (kiri)

     - Usai sharing, Stephen Huang juga memberikan cinderamata dan suvenir kepada para undangan yang hadir. (kanan)

Menurut Stephen Huang, saat seorang anak terlahir ke dunia, anak itu mungkin dilahirkan untuk membalas budi atau malah mungkin untuk menagih hutang budi kepada kita. Karenanya kita pun harus bijak saat memutuskan untuk menikah atau tidak, bahkan saat berkeinginan memiliki anak. “Harus siap menanggung konsekuensinya,” tegas Stephen Huang.

“Di kalangan masyarakat, banyak orang yang berkata jika berbuat baik bisa membawa hal baik pula bagi anak cucu kita sendiri,” ujarnya. “Namun, siapa sebenarnya anak cucu kita?” tanyanya. “Diri kita sendirilah anak cucu yang dimaksud itu,” jawabnya. Stephen Huang memberikan contoh lainnya. Griya Perenungan di Indonesia (yang akan dibangun) haruslah dijaga dengan baik. Karena di kehidupan yang akan datang kita sendirilah yang akan mungkin terlahir kembali di Indonesia. “Itu artinya bisa saja kita sendiri yang nantinya harus merenovasinya kembali jika ada yang rusak,” katanya. Bahkan bukan tidak mungkin, setelah meninggal dunia kita akan terlahir kembali di Indonesia karena itu adalah jalinan jodoh yang paling dekat. “Jika kita dapat berpikir demikian maka kita pasti akan menjaga tempat tinggal kita ini dengan baik,” ujarnya.

Stephen Huang juga berbicara mengenai pengusaha yang bijak. “Master Cheng Yen tidak menyebutnya sebagai qi ye jia, melainkan sebagai shi ye jia,” tuturnya. Keduanya memiliki arti yang sama, yaitu pengusaha, namun shi ye jia memiliki makna pengusaha yang melakukan bisnis secara legal. Lalu mengapa disebut qi ye jia? Karena setiap hari pengusaha itu melakukan rencana terus dan mempunyai ambisi yang begitu besar. Dahulu, pengusaha dengan modal 10 dolar yang membuka usaha 20 dolar dianggap sudah sangat bagus, namun sekarang ada pengusaha yang dengan modal 10 dolar membuat usaha 200-300 dolar. Ini adalah pengusaha yang terlalu ambisius. Maka Master Cheng Yen berpesan kita harus melakukan segala hal sesuai aturan. “Tapi saya percaya Anda (pengusaha yang hadir malam itu –red) begitu sukses itu karena Anda mempunyai keputusan yang tepat,” yakin Stephen Huang. “Jadilah tuan diri sendiri, mengontrol kemauan diri sendiri. Setiap hari tanam sebab yang baik dan dapatkan karma yang baik juga,” ujarnya.

Di akhir sharing, Stephen Huang pun menjalin jodoh dengan semua pengusaha yang hadir dengan memberikan angpau tahun baru dari Master Cheng Yen.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id