Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
  Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 15/02/2009

Gathering Relawan 4 in 1

Melakukan dengan Sukarela, Menerima dengan Sukacita

                                                                                                  artikel: Neysa & foto: Kurniawan

Foto

* Para relawan yang terbagi dalam struktur 4 in 1 mengadakan pertemuan 2 kali dalam sebulan untuk membina kebersamaan dan kesatuan hati.

Jumlah relawan Tzu Chi kian bertambah seiring berjalannya waktu, sehingga perlu dibentuknya satu pertemuan antar relawan agar para relawan dapat memupuk kebersamaan dan bersatu hati.

Hari Minggu, 15 Februari 2009, diadakan kegiatan Pertemuan Relawan 4 in 1. Para relawan biru putih dan fungsional dari seluruh He Qi berkumpul, menyatu dalam suasana keakraban. Pertemuan ini direncanakan akan diadakan setiap 2 bulan sekali.


Para relawan berbaris per tujuh orang dalam satu barisan, dan masuk ke ruangan dengan tertib. Sekitar 240 relawan memadati Ruang Bhaktisala, sehingga terpaksa pintu penyekat dibuka. Begitu rapi relawan berdiri dalam hening, lalu bersama-sama melantunkan lagu doa diikuti langkah-langkah kecil penuh konsentrasi berjalan menelusuri barisan-barisan kursi yang tertata rapi. Penghormatan tiga kali kepada Master menandai dibukanya acara ini.

“Master Cheng Yen mengharapkan, hendaknya insan Tzu Chi ‘masuk’ ke dalam Dharma, karena selama bekerja di Tzu Chi kita mungkin bisa bertemu banyak sekali problem. Dengan mendalami apa itu Dharma Tzu Chi dan berjalan di jalur Bodhisatwa, Shang Ren (Master Cheng Yen –red) mengharapkan setiap insan Tzu Chi dalam perbuatan dan perjalanannya memiliki Dharma”.begitulah yang disampaikan Wen Yu Shijie yang pada acara ini sebagai MC saat membuka acara. Selanjutnya para relawan menyimak video ceramah Master Cheng Yen, dimana salah satu cuplikan kata-kata Master Cheng Yen dalam tayangan tersebut menyampaikan, ”Segala hal yang terjadi pada kehidupan kita, kebanyakan tidak sesuai dengan yang kita harapkan. Buddha ingin membimbing kita cara menenangkan pikiran. Bila pikiran tenang, barulah kita mampu berpikir jauh. Jika pikiran kita tenang maka kita akan dapat memahami kebenaran dengan jelas, memahami jalan kebenaran sejati yang menuju pada kebebasan abadi yaitu nirwana.”

Saling Belajar dari Pengalaman
Lulu Shijie (panggilan untuk relawan perempuan –red) telah bergabung dengan Tzu Chi sejak 10 tahun yang lalu, sekarang ia bertanggung jawab di He Xin sebagai penanggung jawab kasus. Awal bergabung di Tzu Chi, ia merasakan bahwa dalam 6 tahun pertama lebih banyak kesedihan dibanding kesenangan. Penyebabnya, sewaktu menjalankan tugas sering terjadi perbedaan pendapat dan selisih paham dengan orang lain. Walau sering membaca Dharma Master Cheng Yen, tapi Lulu merasa tidak bisa mempraktikkannya.

 

Ket: - Sekitar 240 relawan memenuhi ruang Bhaktisala Tzu Chi. Di awal kegiatan, mereka memberi penghormatan pada
         Master Cheng Yen. (kiri)

     - Lulu Shijie membagi kisah bahwa ia pernah mengalami masa tidak menyenangkan di Tzu Chi. Namun, “Kita hanya bisa
         mengubah diri sendiri, bukan orang lain,” katanya. (kanan)

Sampai suatu ketika dimana Lulu Shijie sudah jenuh membaca, dan mau menutup buku Master Cheng Yen, tiba-tiba matanya tertuju pada sebuah kalimat, “Kalian selalu bilang Dharma saya sebagai permata, tapi selalu memungut sampah dan menaruhnya dalam hati kalian, sehingga akibatnya permata Dharma saya yang bagus itu tidak bisa masuk ke dalam hati kalian.” Tulisan inilah yang membuatnya sadar. “Saya pikir benar juga. Lihat orang ini kita kesal, lihat orang ini kita marah, yang ini nggak benar, yang itu nggak benar, orang ngomong sedikit tentang kita, kita sudah jengkel. Akhirnya saya sadar bagaimana kita harus melepaskan semua kegundahan di dalam hati itu, dan kata Master Cheng Yen kita hanya bisa menjaga hati kita sendiri dan kita tidak bisa menjaga hati orang, kita bisa mengubah diri sendiri bukan mengubah orang lain,” kata Lulu. Wen Yu turut menimpali sharing dari Lulu ini, “…termasuk saya sendiri, dulu baru orang sakiti saya sedikit aja, nggak tau benar apa nggak, saya udah mau keluar dari Tzu Chi! Lihat Tzu Chi kalau nggak ada saya gimana!” Tawa para relawan pun meledak. Namun Wen Yu melanjutkan, “Sebenarnya sangatlah menyedihkan dan rasanya sangat berdosa, karena Shang Ren tidak menyakiti saya. Pada semua yang hadir di sini, kami harapkan apapun yang terjadi janganlah keluar dari Tzu Chi, siapapun yang menyakiti anda jamahlah dengan penuh maaf, janganlah sekali-kali mengatakan keluar dari Tzu Chi karena Master Cheng Yen adalah guru yang luar biasa, yang memimpin kita semua. Master Cheng Yen tidak pernah menyakiti Anda, yang menyakiti Anda adalah kita-kita ini yang bersama-sama belajar Dharma bagaimana bisa menjadi lebih baik.”

Dua tahun yang lalu, Rosaline Shijie relawan dari He Qi Selatan bergabung dengan Tzu Chi. Kini sebagai salah satu penanggung jawab dari TIMA ia menceritakan bahwa suatu kali ia melihat seorang bapak yang matanya menyeramkan sekali karena terkena pecahan batu, dimana profesinya adalah seorang pemecah batu. Setelah menjalani operasi, Rosaline melihat bapak ini tidak seram lagi. Lalu ia pun berpikir betapa bahwa hanya satu lensa saja yang dimasukkan ke mata seseorang itu sudah dapat mengubah hidup seseorang. Rosaline pun teringat ibunya yang terlambat operasi katarak. “Perasaan sayang, perasaan cinta saya terhadap Mama makin-makin berkembang, jadi kalau sekarang saya tidak bisa membantu beliau untuk melihat sempurna, saya pikir bisa lebih mencintai, lebih menyayanginya,” ungkap Rosaline.

Sharing Posan Shixiong (panggilan untuk relawan laki-laki –red) yang serius dicermati oleh para relawan menjadi sesuatu yang menghibur. Posan mengaku sebelum bergabung dengan Tzu Chi, ia adalah sosok yang kasar tehadap anak dan istri. Ketika bergabung di Tzu Chi hatinya mulai terbuka.Waktu baksos katarak, Posan pernah melihat para senior menyuapi para pasien, hingga akhirnya dia ikut-ikutan. Padahal menurutnya, dirinya yang sebenarnya tidak perhatian seperti itu. Pengakuan polos Posan mengundang tawa semua yang hadir. Lalu ia melanjutkan kisahnya, ”Waktu itu tiba-tiba pasien tersebut bertanya, ‘Bapak ini siapa?’ Saya jawab, ‘Saya relawan Tzu Chi,’ dan Bapak itu menangis. Saya baru tau bahwa membuat menangis pasien yang habis operasi katarak itu tidak boleh. Kata dokter, ‘Eh kamu jangan bikin orang nangis’,” tawa para relawan meledak lagi. Ternyata bapak itu menangis karena melihat Posan yang tidak dikenal, saudara bukan, anak pun bukan tapi mau melayaninya. Justru pertanyaan ini yang membuat Posan jadi ikut menangis dan sadar bahwa sudah seharusnya dia berbuat lebih baik lagi kepada keluarganya sendiri.

 

Ket: - Dengan mendengar pengalaman dari relawan-relawan yang lain, pembelajaran berlangsung secara ringan dan
         berkesan. (kiri)

     - Liu Su Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya pada para relawan
         yang bersama menjalankan misi Tzu Chi di Indonesia. (kanan)

Bersama di Jalan Tzu Chi
“Saya selalu menghargai jodoh, menghargai jodoh dengan setiap orang, walaupun kita benci dengan dia. Memang kita ada karmanya sendiri, saya suka kamu, saya tidak suka kamu, tapi gimana kita menghargai jodoh yang kita ketemu itu,” ungkap Jishou Shixiong, relawan Tzu Chi Malaysia yang telah 4 tahun tinggal di Jakarta. Ada kata perenungan yang selalu menjadi pegangan Jishou dan juga yang berhubungan dengan nama pemberian Master kepadanya yaitu “Melakukan dengan sukarela, menerima dengan sukacita”. Shou dalam nama Jishou artinya “menerima”.

I think setiap orang di sini pasti ada satu kata perenungan sendiri, apa yang kita suka itu. Kalau kita belum dapat kata perenungan itu, pengalaman saya, kita itu masih dalam kerja sosial. So kita ikut emosi kita kerja sosial, hari ini senang kita datang kalau tidak senang tidak datang,” begitulah pendapat Jishou. Ia mempunyai tip, bagaimana agar relawan dapat belajar menerima dengan sukacita, caranya sangat sederhana yaitu mulai berlatih dari makanan. Setiap kali jika makan, Jishou selalu menerima apapun makanan yang diberikan, walaupun tidak suka tetap ia makan. Lama kelamaan ia juga mulai bisa menerima sifat orang lain.

Di penghujung acara ditayangkan profil Liu Siu Mei, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia agar para relawan lebih mengenal sosok salah satu relawan yang membangun Tzu Chi di Indonesia ini. Kemudian beliau juga membagikan pengalamannya dan mengucapkan terima kasih kepada para relawan atas kontribusi mereka. Dengan rendah hati Liu Su Mei mengatakan bahwa adanya Tzu Chi seperti hari ini bukankah karena dia seorang. “Saya sangat berterima kasih, 16 tahun ini Tzu Chi telah menjadi satu keluarga yang besar. Mungkin kalau saya tidak masuk Tzu Chi, saya hanya kenal teman-teman dari bisnis, tapi karena saya di Tzu Chi maka saya mempunyai sebanyak ini saudara-saudara seperguruan. Mohon maaf sebesar-besarnya saya tidak bisa mengenal satu per satu, tetapi saya hanya mengenal seragam Biru Putih, dan untung di Tzu Chi kita memanggil semuanya dengan sebutan Shixiong-Shijie,” pengakuan yang sederhana terlontar dari Liu Siu Mei sesuai dengan sosoknya. Acara pun ditutup dengan doa bersama dan memberi hormat kepada Master Cheng Yen, guru para relawan Tzu Chi.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id