Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 

Tanggal : 07/01/2009


Pembagian Paket Tahun Baru

Berbagi Kebahagiaan di Tahun Baru

                                                                                           artikel & foto: Ivana

Foto

* Untuk menyambut tahun baru Imlek 2560, relawan Tzu Chi Bekasi membagikan 250 paket bahan makanan kepada warga Tionghoa yang kurang mampu.

Ada bermacam peringatan tahun baru dalam setahun, sesuai agama masing-masing. Semuanya punya aroma yang sama, kekeluargaan dan kehangatan.


“Kami ingin sedikit berbagi kasih dengan mereka di tahun baru Imlek ini,” kata Theresia, relawan Tzu Chi di Bekasi. Ini diungkapkannya di sela-sela kegiatan pembagian paket tahun baru kepada umat Vihara Manggala Dharma. Di beberapa titik daerah Bekasi, terdapat sekelompok warga keturunan Tionghoa yang ekonominya pas-pasan. Umumnya mereka tinggal di daerah pelosok yang sulit terjangkau transportasi umum. Dalam pembagian paket tanggal 7 Januari 2009 itu, relawan mengunjungi 3 lokasi yang jaraknya saling berjauhan, yaitu di Pondok Soga, Vihara Manggala Dharma, dan Vihara Buddha Dharma.

Perjalanan selama 1 jam menuju Desa Pantai Hurip, Pondok Soga tidak terasa nyaman. Setengah jalan yang dilalui belum diaspal, hanya berupa susunan batu hingga mobil para relawan terguncang-guncang. Setiba di tempat pembagian sudah masuk tengah hari, dan para ibu sudah berbaris mengantri panjang. Kebanyakan yang datang menukarkan kupon memang para ibu sebab para laki-lakinya sedang bekerja di sawah. Tanyu turut mengantri dengan tetangga-tetangganya, sejenak menghentikan kegiatannya menjajakan kue. Ibu 2 anak ini sudah 2 tahun menjanda. Semua kebutuhan rumah menggantungkan dari hasilnya berkeliling menjual ubi goreng, tahu, dan jajanan lain. “Dagang nggak tentu, kadang dapat 30 ribu sehari,” kata Tanyu. Menyambut tahun baru Imlek ini ia tidak punya persiapan khusus, hanya ada rasa bahagia karena dapat berkumpul dengan kedua anaknya, Riyanti (18) dan Riyanto (15). Walaupun dalam hati ia berharap mereka dapat segera bekerja yang berarti mereka harus pergi dari rumah, Tanyu punya harapan lain untuk selalu berkumpul. “Namanya anak ya gimana,” katanya.

Berada di daerah yang terpencil menyebabkan warga Pantai Hurip sulit pulang-pergi daerah di luar desa mereka. Maka, bagi anak yang meninggalkan desa itu, mereka hanya pulang sekali dalam setahun. Wilacih (55) sudah menanti-nanti kedatangan anak semata wayangnya, Rosiana beserta suami dan anak pada Imlek nanti. Di Pantai Hurip ini ia tinggal berdua dengan kakak laki-lakinya yang buta. Wilacih sendiri sulit bepergian karena kakinya sering sakit. “Kalo Imlek gembiralah, rasanya beda. Anak pada pulang, bagi-bagi kue,” tutur ibu ini polos. Ia mengaku biasanya justru anaknya yang memberi angpau padanya.

 

Ket: - Kebanyakan yang datang untuk menukarkan kupon adalah para ibu, sebab siang hari itu banyak kaum pria yang
          sedang bekerja di sawah garapan. (kiri)

     - Tanyu meninggalkan sejenak rutinitasnya menjajakan kue. Hasilnya menjajakan kue itu yang menjadi sandaran untuk
         seluruh keluarga ibu yang sudah menjanda ini. (kanan)

Wilacih tidak punya harapan apapun untuk dirinya sendiri. Yang didoakan adalah agar rezeki anaknya lancar. Ia juga mengharapkan agar Tzu Chi semakin maju. Tzu Chi memang sudah dikenal masyarakat daerah ini sebab beberapa kali kegiatan seperti pembagian beras, baksos kesehatan, hingga bantuan banjir pernah diberikan di tempat ini. “Namanya insan Tzu Chi, biarpun jauh juga harus datengi. Yayasan Buddha Tzu Chi harus bisa menjangkau sampai ke pelosok-pelosok,” tekad Theresia. Di daerah ini, bibit cinta kasih Tzu Chi sudah bertunas 6 tahun lalu di diri Asim. Pria inilah yang mendata dan mengkoordinasikan warga penerima paket hari ini. Enam tahun lalu setelah putra bungsunya mendapat bantuan pengobatan dari Tzu Chi, ia tergugah untuk ikut bergabung membantu orang lain. Sejak itu ia menjadi relawan Tzu Chi. Maka, meski dirinya sendiri bukan keturunan Tionghoa, Asim bergembira dapat membantu para tetangganya merayakan Imlek dengan lebih meriah.

 

Ket: - Pembagian bantuan dari Tzu Chi kali ini banyak ditujukan untuk warga yang tinggal di pelosok. Menurut Theresia,
         bilamana lokasi yang dekat sudah banyak terjangkau oleh yayasan lain, maka Tzu Chi berusaha untuk menjangkau
         lokasi yang jarang didatangi. (kiri)

     - Dapat membagikan kasih di momen tahun baru ini memberikan kebahagiaan bagi relawan Tzu Chi, dan sekaligus
         merupakan berkah yang harus disyukuri. (kanan)

Paket bantuan yang diberikan meliputi 10 kg beras, 1 dus mi instan, 1 kg gula, 1 liter minyak, dan 2 pak biskuit. Bantuan ini memang sedikit meringankan beban warga Tionghoa dalam menyambut tahun baru. “Girang dapat bantuan,” kata Ibu Subur, warga dan umat Vihara Manggala Dharma. Ia mengaku perayaan Imlek di rumahnya biasa saja, hanya sembahyang. “Justru dapat ini (bantuan –red) mau untuk sembahyang,” lanjutnya sambil tersenyum lebar. Seharian itu 22 relawan berpindah tempat satu ke yang lain untuk membagi 250 paket tahun baru Imlek. Dapat berbagi kebahagiaan dengan orang lain di saat yang tepat, juga merupakan berkah bagi si pemberi bantuan itu sendiri.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id