Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
中文繁體
Tanggal : 08/11/2008

Pustaka Keliling Tzu Chi

Tidak Hanya Membaca Semata

                                                                                                  artikel & foto : Himawan Susanto

Foto

* Dengan mimik serius siswa-siswi kelas 3 Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Miftahul Salaam mendengarkan dan menyimak cerita "Si Kuali Tanah Liat dan Tembaga" yang disampaikan oleh Suparman.

Sebanyak 39 murid kelas 3 Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Miftahul Salaam tampak berlarian dari ruang kelas mereka menuju sebuah kelas lain yang berada di ujung sekolah. Pagi itu, hari Sabtu 8 November 2008, pukul 09:00 pagi, 7 relawan Tzu Chi Indonesia berkunjung ke sekolah mereka dan membawakan ratusan buku bacaan dalam 6 kotak plastik untuk dipinjamkan.


Senyum yang mengembang, tak sabar dan kegembiraan tampak jelas menghiasi wajah anak-anak ini. Tak lama lagi, mereka akan segera memilih buku yang mereka suka. ”Ingat yah, ada 3 hal yang harus diingat saat meminjam buku ini. Pertama, bukunya dibaca. Kedua, dijaga, dan terakhir jangan lupa dikembalikan lagi tanggal 6 Desember nanti,” terang Suparman, relawan Tzu Chi, di tengah riuh ramai anak-anak yang terus berceloteh.

Oke, sekarang kita mulai dari baris pertama,” ujar Suparman meminta mereka untuk maju dan memilih buku-buku di dalam kotak plastik yang diletakkan di muka kelas. Mereka pun maju, dan memilih buku yang disuka. Ada yang memilih buku sejarah, buku cerita, majalah, dan bahkan komik. Usai memilih, mereka pun antri dengan tertib mencatatkan buku tersebut kepada Momo, seorang relawan Tzu Chi yang khusus mencatat buku-buku yang dipinjamkan.

Setelah semua murid mendapatkan buku yang mereka inginkan, ruang kelas itu pun kembali riuh ramai dengan suara mereka yang sedang mengeja buku. Mereka telah terbenam dalam genggaman buku yang dibaca. ”Adik-adik, minta perhatiannya sebentar. Bukunya tidak harus selesai dibaca hari ini. Bacanya di rumah aja. Sekarang kakak mau bercerita. Mau dengar ga?” tanya Suparman. ”Mau!” jawab mereka serempak.

”Biasanya, ibu-ibu kalau di rumah punya peralatan dapur apa aja?” tanya Suparman. ”Piring, sabun, gelas, panci, kuali,” jawab mereka bersahutan. Suparman pun melanjutkan ceritanya. Di satu desa, ada seorang ibu yang mempunyai 2 buah kuali, yang 1 dari tembaga, dan yang 1 lagi dari tanah liat. Setelah memasak, ibu ini mencuci semua peralatan dapur ini di sungai termasuk 2 kuali itu. Saking banyaknya, kedua kuali ini tanpa sadar hanyut berbarengan terbawa arus sungai. Si kuali dari tanah liat pun lalu meminta bantuan kepada si tembaga. “Tolongin saya dong. Saya tidak pengin terlalu jauh terbawa arus sungai. Tolong dorong saya ke tepian?” pintanya. Si kuali tembaga pun mendorong si tanah liat, namun karena terlalu kuat, si tanah liat pun membentur sebuah bongkah batu kali. Si tanah liat pun kemudian pecah.

Nah, sekarang kira-kira ada yang tahu arti dari cerita ini ga?” tanya Suparman. Bermacam-macam jawaban pun terdengar. “Tolong-menolong,” sahut seorang siswa. “Kalau menolong teman jangan tergesa-gesa,” sahut yang lainnya.

 

Ket: - Di saat harga buku tak lagi dapat dijangkau, buku-buku pinjaman dari Tzu Chi ini seakan menjadi pelepas dahaga
         akan hausnya mereka terhadap ilmu pengetahuan. (kiri)

     - "Sekarang ada yang tahu apa arti cerita dari 'Si Kuali Tanah Liat dan Tembaga'?," tanya Suparman. Anak-anak ini pun
         berebut mengacungkan tangan mencoba menjawab. (kanan)

Untuk jawaban yang mendekati arti cerita ini, Suparman pun memberikan sebuah pulpen sebagai hadiah. “Inti dari cerita ini sebenarnya adalah membantu teman itu bagus, namun harus ada pertimbangan. Hati-hati, dan tidak merusak diri kita juga,” ujarnya menerangkan. “Sekarang, siapa di antara adik-adik yang berani maju ke depan dan bercerita. Cerita tentang apa saja. Kalau yang berani nanti akan diberikan sebuah pulpen,” bujuk Suparman lagi.

Zainal ternyata berani. Ia pun maju dan bercerita singkat di hadapan teman-temannya. ”Terima kasih sama kakak-kakak dari Buddha Tzu Chi karena udah meminjamkan buku sama kita-kita,” tuturnya. Meski sangat singkat, ia tetap mendapatkan sebuah pulpen dari Suparman.

Di luar ruangan kelas itu, 12 murid kelas 5 terlihat memegang buku mereka masing-masing. Hari itu, mereka akan mengembalikan buku-buku yang telah mereka pinjam satu bulan lalu. Setelah murid kelas 3 yang meminjam buku kembali ke kelas, relawan pun berrpindah ke ruang kelas sebelah. Mereka akan menerima pengembalian buku dari murid kelas 5.

”Sebelum mengembalikan buku, ada yang berani maju ke depan dan menceritakan isi bukunya. Bagi yang berani, nanti akan mendapatkan sebuah pulpen?” kali ini Momo yang bertanya kepada murid kelas 5 ini. Nilasari pun maju ke depan. Ia mulai menceritakan Cerita Nirmala tentang ”Katak yang Melompat” di dalam majalah Bobo yang dipinjamnya. ”Seekor katak sedang melompat. Hai, sedang apa Katak? Andai saja aku bisa melompat,” cerita Nilasari menirukan kata-kata Oki yang ada di dalam cerita Nirmala itu. Karena telah berani maju dan bercerita di hadapan teman-temanya, Nilasari pun mendapatkan sebuah pulpen dari Momo. “Inti dari Cerita Nirmala ini adalah sebagai orang yang lebih besar. Kita tidak boleh semena-mena kepada mereka yang lebih kecil termasuk binatang,” jelas Momo.

Menurut penuturan Suparman, program pustaka keliling di Kampung Belakang, Kamal ini telah berjalan sejak 6 bulan lalu. Inspirasi akan program ini muncul seusai program Bebenah Kampoeng di wilayah tersebut. Saat itu, relawan Tzu Chi melihat anak-anak di kampung ini setelah pulang sekolah tidak jelas ke mana. Karena tak kunjung mendapatkan tempat, relawan Tzu Chi pun akhirnya bekerja sama dengan sekolah Miftahul Salaam. Sambutan hangat pun datang dari pihak sekolah.

”Kita penginnya mereka maju dan berani. Bisa komunikasi sama orang. Dapat memahami sebuah buku dan kita juga dapat menghibur mereka,” ujar Suparman. Saat ini, program masih dalam tahap merapikan sistem karenanya tidak setiap bulan para siswa dapat meminjam buku karena berganti sesuai giliran. ”Saat ini buku-buku khan mahal. Makanya mereka lebih mementingkan beli makanan,” lanjutnya.

 

Ket: - Siswa siswi kelas 3 ini dengan tertib membolak-balilk isi kotak plastik dan mencari buku yang mereka inginkan. (kiri)
     - Momo pun membantu Nilasari menangkap arti dari Cerita Nirmala tentang "Katak Melompat" yang baru saja
         diceritakan oleh Nilasari. (kanan)

Sebelumnya, waktu peminjaman dilakukan seusai pulang sekolah. Namun, ternyata tidak efektif karena mereka selalu ingin pulang. Karenanya, saat ini dilakukan saat jam istirahat. ”Kalau proses meminjam cepat, namun proses yang lama adalah saat bercerita,” tambahnya.

”Saya sudah terjun di pustaka keliling 5-6 kali. Asyik bertemu anak-anak. Melatih diri saya. Dahulu saya tidak berani bicara di depan umum. Kalo sekarang sudah mulai berani. Bisa sama-sama belajar,” tutur Momo yang pernah tersentuh karena suatu hari seorang anak pernah menyapanya di jalan meski ia tak mengenalnya.

“Respon mereka juga positif. Namanya ribut sudah biasa bagi anak-anak. Namun mereka berani. Untuk ke depan kita akan bekerja sama dengan Rukun Tetangga dan Rukun Warga setempat. Agar tidak hanya anak-anak di sekolah ini saja yang dapat meminjam buku,” ujarnya.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id