Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan |
Berita Tzu Chi
 Berita Kemanusiaan
 Berita Kesehatan
 Berita Pendidikan
 Berita Kebudayaan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 05/04/2008

Nonton Bareng ‘Kisah Sebening Kasih’

Bukan Drama Biasa

                                                                                                  artikel dan foto: Sutar Soemithra

Foto

* Clerence Chintia Audri bertemu dengan tokoh asli, Evi Hermawati, yang ia perankan dalam drama perdana produksi DAAI TV, 'Kisah Sebening Kasih'.

Perkenalkan nama saya Clerence Chintia Audri. Umur saya 13 tahun. Sekarang saya sekolah di grade eight atau kelas 2 di SMP Tunas Bangsa International School. Pengalaman saya banyakan main sinetron. Kalau layar lebar itu adalah film Maskot, dan film terbaik saya insya Allah film Kisah Sebening Kasih,” Clerence Chintia Audri memperkenalkan diri di depan para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi, Cengkareng, Jakarta. Clerence adalah pemeran utama yang berperan sebagai Evi dalam drama perdana DAAI TV, Kisah Sebening Kasih (KSK).


Drama tersebut diangkat dari kisah nyata Evi Hermawati, seorang siswi SMK Cinta Kasih Tzu Chi, berdasarkan karangannya yang memenangkan lomba mengarang “Children Helping Children” yang diadakan oleh Tupperware Indonesia. KSK rencananya akan ditayangkan mulai tanggal 2 Mei 2008. Beruntung para siswa Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi dapat menontonnya terlebih dahulu seperti hari itu, Sabtu siang, 5 April 2008.

Acting dengan Hati

Kehadiran Clerence siang itu disambut hangat para siswa. Tentu saja hal ini dimanfaatkan sebaik mungkin oleh mereka. Mereka tak segan untuk bertanya tentang perjuangan Clerence menjadi aktris, bagaimana ia mendalami karakter Evi, hingga cara mengatur jadwal agar tidak bentrok dengan kegiatan sekolah. “Saya berusaha untuk tahu dan kenal siapa dan bagaimana Evi,” jelasnya tentang caranya mendalami karakter Evi. Ia membutuhkan waktu sebulan untuk melakukannya. Untungnya, Evi sering hadir di lokasi syuting sehingga sangat membantunya untuk lebih mendalami. “Yang pasti (karakternya) beda. Evi pendiam sedangkan saya cerewet. Tapi saya coba masuk ke karakternya Evi,” tambahnya, “Orangnya tegar banget.” Evi pun segera menimpali, “Dia bisa peranin watak saya, karakter saya. Jadi, the best-lah buat dia.”

Clerence selama ini lebih banyak berperan dalam sinetron-sinetron yang syutingnya singkat dan di tempat-tempat yang masih masuk kategori nyaman. Berbeda sekali dengan syuting KSK yang dilakukan di bawah kolong jalan tol hingga bantaran Kali Angke yang jorok. “Sebelumnya kalau syuting dari siang sampai pagi sih pernah, tapi lebih berat di sini karena suasana dan keadaan situasi di sana beda dibanding tempat-tempat biasanya, karena itu di bawah kolong jembatan. Nyamuknya satu tapi temen dan sodaranya banyak banget,” tutur Clerence. Selain itu, ia juga harus banyak mempelajari karakter yang ia mainkan karena diangkat dari kisah nyata sehingga harus sedekat mungkin dengan kisah aslinya.

Meskipun syuting di tempat yang jorok, Clerence tidak merasa jijik. “Kalau ditanya jijik apa nggak main di pinggir kali? Sama sekali nggak,” timpalnya. Ia justru sangat menikmatinya dan sempat bermain getek bersama Evi. Ia juga pernah mengalami kejadian berkesan ketika syuting. “Yang seru pas adegan kecebur ke banjir. Take pertama sebenernya udah ok, tapi diulang lagi. Sempet ketelen airnya,” ia bercerita sengit. Sedangkan adegan yang menurutnya paling sulit adalah ketika sedang sedih tapi tidak boleh membikin ibu menangis.

 

Ket: - Menonton drama 'Kisah Sebening Kasih' menjadikan Evi terkenang kembali masa lalunya
        yang suram ketika masih tinggal di bantaran Kali Angke. (kiri)

      - Clerence memerlukan waktu sekitar sebulan untuk mendalami karakter Evi. Untungnya,
        selama masa syuting, Evi sering datang ke lokasi syuting sehingga sering memberinya
        masukan tentang perannya.(kanan)

Akting Clerence dalam KSK memang layak diacungi jempol dan sangat pantas memenangkan penghargaan aktris terbaik, padahal usianya masih sangat belia. Hebatnya, kemampuannya tersebut tidak diperoleh melalui belajar secara khusus. Awalnya ia diajak rekaman lagu-lagu anak oleh kakaknya, Wendy. Pada umur 4 tahun, ketika masih duduk di bangku TK A, ia mulai ditawari main sinetron. Karena belum bisa membaca, ia harus diarahkan untuk memainkan peran. Setelah bisa membaca, akhirnya ia mengeksplorasi sendiri kemampuan aktingnya hingga seperti saat ini.

Clerence sekarang ini lebih berkonsentrasi ke aktivitas belajar karena sebentar lagi akan week-test. Di samping itu, ia juga beberapa kali menolak peran yang ditawarkan beberapa rumah produksi. “Ia selektif memilih peran,” jelas ibunya, Wenny. Ibunya memberinya kebebasan untuk beraktivitas sepanjang tidak mengganggu pendidikan. “Alhamdulilah saya sekolah di tempat yang memang ngerti kegiatan saya apa dan mereka ngasih dispensasi untuk kegiatan syuting saya ini,” jelas Clerence yang mengidolakan Meriam Bellina ini. Karenanya, selama syuting, ia sering memanfaatkan waktu jeda untuk membaca buku pelajaran sekolahnya.

Evi Ingin Menjadi Diri Sendiri

Evi, tokoh asli KSK merasa kisah yang ditampilkan telah mirip dengan kisah aslinya. “Saya kalau nonton film itu jadi inget kisah saya yang dulu, sama temen-temen. Jadi, kalau nantinya saya sukses sombong, saya bisa liat film itu supaya nggak sombong karena latar belakang saya bukan dari orang yang sukses. Saya kan orang nggak punya, jadi saya bisa lihat ke bawah,” Evi berjanji.

Evi pertama kali menonton KSK di studio DAAI TV di Mangga Dua. Ketika itu ia menonton bersama semua anggota keluarganya. Mereka tak kuasa menahan air mata menyaksikan kisah hidup mereka berpindah ke layar kaca apalagi dengan dramaturgi yang memang menyentuh hati. “Saya juga nangis waktu nonton kisah saya sendiri,” aku Evi.

 

Ket: - Murid-murid Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi mengisi formulir tentang kesan-kesannya setelah
        menonton drama 'Kisah Sebening Kasih'. (kiri)

      - Murid-murid Sekolah Cinta Kasih sangat antusias menyambut kedatangan Clerence dan tidak
        menyia-nyiakan untuk memintanya berbagi pengalaman sebagai aktris kecil. (kanan)

Ia yakin kisahnya bisa memberikan pelajaran buat para pemirsa. Walaupun ketika pertama kali menulis karangan “12 Kali Aku Digusur” yang menjadi sumber cerita KSK, Evi tidak pernah membayangkan berlebih. “Waktu saya bikin tulisan itu, saya nggak punya keinginan apa-apa dan saya yakin kisah saya nggak bakalan menang. Eh, ternyata menang juara dan dibuat film. Itu adalah anugerah terbesar yang diberikan Allah kepada saya,” ujarnya bersyukur.

Seiring dengan selesainya drama KSK dan mulai diputar walaupun untuk lingkungan terbatas, seperti di Sekolah Cinta Kasih, sorotan terhadap Evi secara pribadi semakin meningkat. Menurutnya, ia sudah mempersiapkan mentalnya. “Saya mau jadi diri sendiri. Saya nggak mau jadi orang lain,” tegasnya.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id