Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan |
Berita Tzu Chi
 Berita Kemanusiaan
 Berita Kesehatan
 Berita Pendidikan
 Berita Kebudayaan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 22/05/2008

Pemulangan warga Myanmar

Menyatukan Kembali Anggota Keluarga

                                                                                            artikel & foto: Anand Yahya

Foto

* Agus Rijanto, mewakili Tzu Chi memberikan tiket pesawat dan uang saku kepada Saw Khin dan Hla Htut untuk kebutuhan mereka selama perjalanan menuju Myanmar.

Pagi hari, kegiatan di Ruang Detensi Imigrasi (Rudenim) Cengkareng, Jakarta Barat berjalan seperti biasanya. Para tahanan ada yang sedang membersihkan halaman, berbincang-bincang dengan sesama tahanan, dan ada pula yang sedang merenung di balik terali besi. Entah apa yang sedang dipikirkan mereka.

Lain halnya dengan Hla Htut (28) dan Saw Khin (40). Kedua warga Myanmar ini sejak pagi buta sudah berkemas merapikan kamar sel dan membungkus pakaiannya serta bergegas untuk mandi. Karena menurut rencana, pagi itu, 22 Mei 2008 adalah tanggal dan hari harapan kedua orang tersebut untuk bisa kembali lagi berkumpul dengan keluarga mereka di Myanmar.


Saat relawan Tzu Chi datang menjemput, keduanya sedang duduk di anak tangga dengan pakaian yang rapi, berikut dengan tas koper dan ransel kecil. Mereka menyambut dengan tersenyum gembira. Relawan Tzu Chi, Agus Rijanto dan Agus Johan menghampiri kedua warga Myanmar tersebut sambil menyalaminya, Kami berkumpul di satu ruangan yang telah disediakan oleh pihak imigrasi.

Sambil mengangkat tas kopernya, Hla Htut melangkah menaiki mobil relawan Tzu Chi menuju bandara Soekarno-Hatta bersama dengan Saw Khin, dua orang petugas imigrasi dan relawan Tzu Chi. Di Bandara Soekarno-Hatta, wajah kedua warga Myanmar tersebut terlihat bersinar, seakan tak percaya jika mereka akan berangkat menuju tanah kelahirannya. Dalam kesempatan itu, Hla Htut menyampaikan terima kasihnya kepada Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang telah menolongnya. Ia berencana akan menceritakan pengalamannya bersama Tzu Chi yang banyak membantu proses pemulangannya. “Saya ingin membantu orang tua dan juga istri saya karena tinggal di rumah saya. Saya juga akan informasikan kepada warga yang beragama Buddha bahwa di Indonesia ini ada Buddha Tzu Chi yang mau membantu kami membelikan tiket pesawat, diberi uang saku, dan kami diantar sampai bandara. Saya berterima kasih banyak, saya tidak akan lupa dengan Yayasan Buddha Tzu Chi, dan saya sudah punya rencana setelah tiba di sana, saya akan cari relawan Buddha Tzu Chi untuk mengucapkan banyak terima kasih,” kata Hla Htut berjanji.

Saat ini negeri Myanmar masih porak-poranda akibat bencana Topan Nargis. Hla Htut sendiri tidak tahu bagaimana nasib keluarga dan istrinya. Pernah beberapa kali dia menelepon ke keluarganya, namun tak terhubung—jalur komunikasi mungkin masih terputus. Untuk itu, Hla Htut berjanji akan mencari relawan Tzu Chi yang sudah ada di Myanmar untuk mendampingi relawan Tzu Chi dari Malaysia dalam hal bahasa. Hla Htut sudah menuliskan nama lengkap dan alamat rumahnya, serta foto dirinya agar relawan Tzu Chi yang akan datang ke Myanmar dapat menghubunginya.

 

Ket: - Relawan Tzu Chi berterima kasih kepada kedua warga Myanmar (Hla Htut dan Saw Khin) karena
         telah diberi kesempatan untuk berbuat kebajikan. Relawan Tzu Chi membantu kepulangan
         mereka yang sebelumnya ditahan di Ruang Detensi Imigrasi (Rudenim) Jakarta. (kiri)

      - Hla Htut dengan tersenyum gembira mengangkat tas kopernya menaiki mobil dari
         Yayasan Buddha Tzu Chi menuju Bandara Soekarno- Hatta untuk pulang ke Myanmar. (kanan)

Sedangkan Saw Khin merasa senang bisa kembali ke negaranya. Namun, dia belum memiliki rencana setelah tiba di Myanmar karena sudah 20 tahun lebih putus hubungan dengan keluarganya. Dan lagi, jarak kampungnya dari Ibukota Myanmar, Yangon sangat jauh, 2 hari perjalanan. Meski begitu, wanita ini juga berjanji untuk membantu relawan Tzu Chi yang ada di negaranya, dan dia akan mengerahkan kawan-kawan di Viharanya untuk membantu Yayasan Buddha Tzu Chi dalam memberi bantuan bagi korban bencana Topan Nargis.

Dalam kesempatan itu, Sunaryo, Kepala Jaga Rudenim menyampaikan bahwa surat-surat dokumen pemulangan kedua warga Myanmar tersebut sudah siap dan akan diserahkan kepada petugas imigrasi di Bandara Soekarno-Hatta. Relawan Tzu Chi, Agus Rijanto berpesan kepada kedua orang tersebut, “Hati-hati di jalan dan selamat berkumpul lagi dengan sanak saudara. Dan ini, ada sedikit uang saku dari Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia untuk makan di jalan. Masing-masing sebesar US$ 100 karena kalian akan transit di Thailand,” lanjut Agus.

Menurut Agus Rijanto, program ini adalah di luar program kerja Tzu Chi. “Kami membantu semata-mata karena dasarnya adalah kemanusiaan bahwa dia punya keluarga, mungkin orangtuanya sakit. Karena dengan membantu mereka satu orang, mungkin dalam program seperti ini bisa menyelamatkan yang lain, yaitu keluarganya di Myanmar. Keluarganya mungkin butuh tenaganya untuk membantu ekonominya. Namun dalam pikiran saya, ini adalah tugas pemerintah. Untuk itu, kami sifatnya hanya membantu. Jadi ini bukan merupakan program yang berkelanjutan,”kata Agus menerangkan.

Lebih lanjut Agus menegaskan bahwa dasar tujuan Tzu Chi membantu Hla Htut dan Saw Khin adalah untuk menyatukan kembali keluarga mereka. Bisa dibayangkan bagaimana rasanya terpisah dengan keluarga, jauh dari kampung halaman. Hla Htut dan Saw Khin sebelumnya tidak memiliki harapan sama sekali untuk bisa kembali pulang ke negerinya, Myanmar. Mereka sendiri juga tidak tahu kapan bisa pulang. “Kalau orang yang melanggar dan disidang di pengadilan itu sudah jelas hukumannya, tapi kalau mereka bisa dibilang hukumannya seumur hidup, karena tidak ada kepastian hukumannya,” jelas Agus. “Jadi yang jelas, Tzu Chi tidak ingin melihat satu keluarga itu berantakan, kalau bisa pulang kembali untuk berkumpul. Lagipula, usia mereka masih produktif untuk bisa bekerja membantu ekonomi keluarganya,” tambah Agus.

 

Ket: - Kepulangan Hla Htut ke Myanmar diantar hingga ke mobil oleh beberapa temannya, sesama penghuni
         Rudenim yang berasal dari negara-negara lain. (kiri)

      - Hla Htut dan Saw Khin saat memasuki pintu pemeriksaan untuk check in di bandara
         Internasional Soekarno Hatta di dampingi oleh pihak imigrasi. (kanan)

Kasus dua orang warga Myanmar ini berbeda-beda, sampai mereka ditahan oleh pihak imigrasi. Hla Htut yang berasal dari keluarga miskin, saat itu bertekad untuk mencari kerja di Thailand. Di Thailand, ia terlunta-lunta sehingga ingin kembali lagi ke Myanmar. Suatu hari, ia disuruh naik kapal ikan yang menurut orang Thailand, kapal tersebut akan menuju Myanmar. Tapi, ternyata kapal tersebut berlayar masuk ke perairan Indonesia. Di sinilah Hla Htut akhirnya tertangkap oleh polisi air karena kapal tersebut mengambil ikan di zona perairan Indonesia. Sementara Saw Khin adalah seorang mantan narapidana dari Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tangerang. Ia ditahan karena telibat kasus penyelundupan narkoba. Saat itu, ia mengaku tidak mengerti sama sekali tentang narkoba. Yang dia ingat, saat itu dia hanya disuruh membawa bungkusan ke Indonesia untuk diberikan kepada seseorang. Dan ternyata, di Bandara Soekarno-Hatta ia justru ditangkap karena kedapatan membawa heroin. “Saat itu saya sama sekali tidak mengerti, lagi pula saat itu saya sangat butuh uang,” ungkap Saw Khin, mengisahkan masa suramnya.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id