Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 

Tanggal : 10/01/2009


Bakti sosial penanggulangan bencana banjir terpadu di wilayah Jakarta Utara

Sedia Payung Sebelum Hujan

                                                                                           artikel: Veronika & foto: Anand Yahya

Foto

* Tidak hanya bantuan secara fisik yang dibutuhkan para korban bencana banjir, namun perhatian yang diberikan dapat menguatkan mental mereka dalam menghadapi cobaan tersebut.

Menurut data yang diperoleh dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), dimulai per tanggal 10 Januari 2009, hingga beberapa hari ke depan, curah hujan di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya diperkirakan sangat tinggi, dan diprediksi berpotensi menimbulkan banjir di beberapa tempat.


Untuk mengantisipasi lancarnya pemberian bantuan kepada masyarakat korban banjir, Kodam Jaya bekerjasama dengan unsur TNI, Pemprov. DKI, LSM, Yayasan Kemanusiaan, serta masyarakat mengadakan kegiatan latihan gabungan terpadu berupa Geladi Posko, yang dilaksanakan di Markas Kodam Jaya, Jl. Mayjen Sutoyo No. 5, Cililitan, Jakarta Timur.

“Setelah kita menjalani lima hari training di Makodam, maka di dalam Simulasi Geladi Lapang penanggulangan bencana alam banjir, kita mencoba menerapkan secara langsung kegiatan bakti sosial kesehatan yang telah kita pelajari sebelumnya,” tutur Adi Prasetyo, Ketua Tim Tanggap Darurat Tzu Chi.

Adi juga menjelaskan, kegiatan simulasi yang diadakan di lapangan Apartemen Laguna, Pluit, Penjaringan, Jakarta Utara, merupakan simulasi pertama yang diselenggarakan. Sebelumnya belum ada prosedur dan pengendalian yang pasti dalam pendistribusian bantuan. Dengan kegiatan ini, pihak Kodam Jaya berharap, nantinya hasil evaluasi dari simulasi ini, akan dibuat Standard Operation Procedur (SOP), yang akan menjadi panduan dalam memberikan bantuan di seluruh Indonesia.

“Saat ini, posko yang didirikan hanyalah sebatas latihan, belum secara permanen. Namun apabila nanti sudah siaga satu dan dua, kita langsung mendirikan posko sesuai dengan apa yang telah kita lakukan hari ini. Dengan kegiatan simulasi, setiap pihak tahu apa yang harus dilakukan,” tambah Adi.

 

Ket: - Untuk mengantisipasi bencana banjir di Jakarta dan sekitarnya, Kodam Jaya bekerjasama dengan unsur TNI, Pemprov.
         DKI Jakarta, LSM, Yayasan Kemanusiaan, serta masyarakat mengadakan kegiatan latihan gabungan terpadu berupa
         simulasi Geladi Posko. (kiri)

     - Walaupun kegiatan ini hanyalah simulasi, namun cinta kasih yang diberikan oleh para relawan dalam pelayanan mereka
         sangatlah nyata. (kanan)

Bakti Sosial Kesehatan
Sambil menyelam minum air, tidak hanya sekadar latihan, di dalam kegiatan Simulasi Geladi Lapang, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga mengadakan kegiatan bakti sosial kesehatan kepada para warga pelaksana simulasi, serta masyarakat yang tinggal di sekitar Apartemen Laguna. Lebih kurang 1.000 pasien pengobatan umum dan 2.000 pasien pengobatan gigi memeriksakan diri di tenda pengobatan Tzu Chi.

Tujuh belas dokter yang terdiri dari 10 dokter Tzu Chi International Medical Association (TIMA), 5 dokter dari Kesehatan Kodam Jaya (Kesdam), dan dua dokter dari Pemda DKI Jakarta, yang dibantu dengan 15 perawat Kesdam, 10 perawat dan 23 Apoteker dari Tzu Chi, 3 apoteker Kesdam, serta 3 asisten apoteker dari Kesdam, saling bahu-membahu melayani, dan meringankan penderitaan para warga yang terbelenggu oleh penyakit.

Tangan penuh cinta kasih, dan tutur kata yang lembut para insan kesehatan, ternyata berhasil meredam rasa takut di hati Shintia. Gadis manis berusia lima tahun setengah ini awalnya sangat takut apabila diajak untuk pergi ke dokter, terlebih dokter gigi. Namun entah mengapa, hari ini, Sintia sangat berani memeriksakan salah satu giginya yang mulai terasa sakit.

Hallo anak manis, coba buka mulutnya sayang! Sekarang kita bersihin dulu gigi kamu, nanti kalau rasanya sakit, kamu angkat tangan yah.” Sintia menganggukkan kepalanya tanda mengerti. Setelah selesai dibersihkan, sang dokter gigi memberikan resep kepada Rukiah (ibu Sintia-red), dan berpesan. “Ibu, saat ini saya tidak mencabut gigi Sintia, saya hanya menambalnya, agar apabila gigi Sintia nanti tumbuh, dia tetap memiliki pegangan, sehingga giginya tetap bisa tumbuh dengan rapi. Tetapi Sintia harus rajin ke dokter gigi untuk terus melakukan perawatan selanjutnya,” jelas dokter.

Tidak hanya para dokter, cinta kasih juga disalurkan oleh lebih kurang 100 relawan Tzu Chi yang terjun langsung ke lapangan. Mulai dari menemani para pasien ketika diperiksa, hingga membantu mengambilkan obat, mereka lakukan dengan penuh sukacita. Tidak ada perbedaan di antara mereka, semua menyatu layaknya sebuah keluarga.

 

Ket: - Kurang lebih terdapat 3.000 pasien yang dilayani dalam kegiatan bakti sosial kesehatan yang diadakan
         Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang bekerja sama dengan Kodam Jaya. (kiri)

     - Karena kelembutan para dokter dan relawan dalam baksos kesehatan di Simulasi Geladi Lapang penanggulangan
         bencana alam banjir, Sintia yang awalnya tidak pernah mau diajak memeriksakan giginya ke dokter, kali ini dengan
         berani ia memeriksakan giginya. (kanan)

Rumahku, Lapakku
Meskipun tidak ikut serta dalam kegiatan simulasi banjir, Tiah Yuniarti dan putrinya, Mulan Yuliana, mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan baksos. “Alhamdulillah, saya dan anak saya tidak sakit. Namun mumpung di sini ada berobat gratis, saya mau minta vitamin buat anak saya, supaya dia tetap sehat,” ucap Tiah. Untuk Tiah dan keluarga, kegiatan pelatihan simulasi semacam ini, membawa berkah tersendiri baginya. Selain bisa berobat gratis, dan mendapatkan bantuan sembako, Tiah juga mengumpulkan beberapa sampah yang bisa ia jual kembali, sepeti kardus maupun botol bekas minuman.

“Suami saya (Muhammad Nur) tidak ikut, karena dia harus memulung,” jelas Tiah, sambil memungut satu-persatu botol yang berserakan di lapangan. Kehidupan Tiah memang jauh dari kata sempurna. Wanita asli Kediri yang baru dikaruniai satu orang anak ini, harus berjuang keras di tengah ganasnya kehidupan ibukota. Karena tidak memiliki sanak saudara dan rumah, Tiah terpaksa berpindah-pindah tempat tinggal.

Ket: - Tiah Yuniarti dan putrinya, Mulan Yuliana, mendapat kesempatan untuk mengikuti kegiatan baksos kesehatan. Selain
         bisa berobat gratis, dan mendapatkan bantuan sembako, Tiah juga mengumpulkan beberapa sampah yang bisa ia jual
         kembali, sepeti kardus maupun botol.

Saat ini, Tiah dan keluarga tinggal disebuah lapak kumuh yang berada di pinggir Kali Pluit. Di bawah lapak empat pintu yang dihuni oleh empat keluarga tersebut, juga terdapat kandang kambing si empunya lapak. Selama menempati lapak tersebut, Tiah dan tiga keluarga lainnya tidak pernah dipungut biaya. Hal itu dikarenakan, orang yang memiliki lapak tersebut adalah orang yang menadah hasil pulungan mereka.

Setiap hari, mereka sudah terbiasa mencium bau kambing dan sampah yang berserakan di pinggir Kali Pluit. “Mau tidak mau. Jangankan bermimpi membeli rumah, untuk makan sehari-hari saja, kami kesulitan,” tambah Tiah.

 

Ket: - Di dalam lapak inilah, keluarga Tiah harus berbagi dengan tiga keluarga lainnya untuk tinggal. Meskipun demikian,
         rumah yang jauh dari kata layak ini telah menjadi surga baginya. (kiri)

     - Inilah kondisi rumah Tiah. Berada tepat di atas Kali Pluit, yang membuatnya rawan terkena banjir ketika musim
         penghujan, maupun ketika air laut pasang. (kanan)

Pendapatan sang suami yang hanya sekitar sepuluh hingga dua puluh ribu rupiah setiap harinya, secara tidak langsung memaksa Tiah dan keluarga untuk tetap bertahan dengan keadaan tersebut. “Belum lagi kalau air lagi pasang dan banjir, pasti banyak ular yang naik.”

Biasanya, setiap kali lapaknya terkena banjir, Tiah hanya mengungsi di lapangan Apartemen Laguna dengan tempat seadanya. Namun kini, ia bersyukur karena pemerintah mulai mempedulikan nasib mereka dengan menyediakan posko penampungan korban banjir di lapangan Apartemen Laguna. “Setidaknya di posko, kami bisa istirahat dengan layak, apalagi ada tempat pengobatan, hati juga rasanya lebih tenang,” ungkap Tiah, sambil memeluk anaknya.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id