Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
中文繁體
Tanggal : 02/11/2008

Pemilahan Sampah Daur Ulang

Mengurangi Tumpukan Sampah

                                                                      artikel & foto: Sutar Soemithra

Foto

* Tumpukan sampah di gudang posko daur ulang Tzu Chi terus bertambah seiring makin banyaknya orang yang ikut menyumbangkan sampah untuk ikut menebar cinta kasih. Relawan Tzu Chi he qi utara bergotong-royong memilahnya.

Ah, relawan Tzu Chi memang ada-ada saja. Di saat banyak orang masih malas-malasan di ranjang atau berolahraga menikmati Minggu pagi, relawan Tzu Chi justru pagi-pagi bergelut dengan sampah! Pukul setengah sembilan pagi, sekitar 175 relawan Tzu Chi dari he qi utara telah berkumpul di posko daur ulang Tzu Chi di Perumahan Cinta Kasih Cengkareng, Jakarta Barat. Di samping posko tersebut, beberapa tenda terpal telah dipasang memanjang.


Posan, relawan Tzu Chi yang selama ini sudah akrab dengan kegiatan daur ulang, mengarahkan relawan yang lain cara memilah sampah. Relawan-relawan tersebut banyak yang belum pernah memilah sampah, bahkan beberapa diantaranya baru kali ini mengikuti kegiatan Tzu Chi. Kepada para relawan tersebut sebelum mulai memilah sampah, Posan berpesan, “Kita harus perhatiin keselamatan kita juga, kesehatan kita juga. Maskernya dipakai, kalau yang memilah beling atau kaleng pakai sarung tangan.” Maka masker dan sarung tangan, serta perlengkapan memilah seperti cutter, kantong plastik atau bak plastik pun dibagikan.

Sampah Terus Menggunung
Tumpukan sampah di gudang posko daur ulang memang telah hampir memenuhi semua sudut gudang, padahal setiap hari sampah daur ulang baru terus berdatangan. Sepuluh pekerja posko daur ulang di bagian pemilahan sampah tidak sebanding dengan jumlah sampah yang harus dipilah. “Dalam sehari mungkin sekitar 4 sampai 6 mobil (sampah),” terang Antonius, penanggung jawab posko daur ulang, tentang jumlah sampah yang mereka kumpulkan tiap hari. Dari jumlah itu, paling banyak mereka bisa mengerjakan sejumlah 3 mobil sampah, tergantung jenis sampahnya. Makin sampah tidak campur aduk, makin cepat pula proses pemilahan.

Mengetahui hal ini, Like Hermansyah, ketua he qi utara, berisiatif mengajak para relawan di wilayah yang ia koordinir untuk membantu memilah sampah. Kebetulan sejumlah relawan yang tadinya hendak mengikuti acara penanaman pohon bakau yang dilakukan Tzu Chi Perwakilan Sinarmas di Pantai Indah Kapuk, jumlahnya berlebih sehingga bisa dialihkan mengikuti pemilahan sampah. “Mereka (acara penanaman bakau –red) hanya membutuhkan 50 relawan tapi yang mendaftar ternyata sekitar 175-an sehingga sebagian besar kita alokasikan ke depo daur ulang Cengkareng,” terang Like. Ia juga mengungkapkan rencana ke depan untuk mengajak minimal 50 relawan tiap hari Minggu untuk memilah sampah.

 

Ket: - Antonius, penanggung jawab posko daur ulang Tzu Chi, menjelaskan cara memilah sampah kepada para relawan
          Tzu Chi yang kebanyakan baru kali ini melakukan pemilahan sampah. (kiri)

     - Masker dan sarung tangan dipergunakan relawan Tzu Chi untuk menghindari kemungkinan terjangkit bibit penyakit
         yang terdapat pada sampah. (kanan)

Para relawan tersebut dibagi dalam beberapa kelompok. Ada yang bertugas mengeluarkan sampah dari gudang untuk kemudian diserahkan kepada kelompok yang bertugas memilah sampah sesuai jenisnya, yaitu kertas, kardus, plastik botol kemasan, alumunium, beling, plastik biasa, dan sampah umum.

Luciana Tjhang, relawan Tzu Chi lain yang telah berpengalaman memilah sampah, tidak henti-hentinya mengarahkan para relawan. Tidak hanya mulutnya yang bekerja, tangannya juga mempraktekkannya secara langsung. “Ini sampah bisa jadi uang juga,” ia menyemangati relawan. Uang yang ia maksud adalah sampah yang telah dipilah tersebut akan dijual dan hasil penjualannya dipergunakan untuk membiayai kegiatan kemanusiaan Tzu Chi. Ketika para relawan telah memahami tata cara memilah sampah dan telah mulai memilah sesuai yang diarahkan oleh Luciana, tangan Luciana dengan cekatan memilah sampah sampai siang menjelang.

Capek tapi Bahagia
Tugas memotret telah cukup, saya mencoba mencari sarung tangan seperti yang dikenakan para relawan, juga cutter. Karena jumlah cutter terbatas, saya akhirnya tidak jadi menggunakan alat tersebut. Saya bergabung dengan kelompok relawan yang mengumpulkan gelas air minum kemasan. Sebuah kantong kresek besar hitam saya pergunakan untuk mengumpulkan gelas-gelas plastik tersebut. Saya mengais-ngaisnya dari tumpukan sampah yang semuanya dari plastik namun ada yang gelas, botol, dan kotak kemasan. Semua relawan seakan beradu cepat memilah sampah. Belum habis satu tumpukan sampah diseleksi, datang lagi relawan lain yang membawa tumpukan sampah plastik campuran dari gudang. Begitu seterusnya.

Wah, ternyata punggung lumayan pegal juga terus-terusan membungkuk memilah sampah. Tapi hebatnya saya tak melihat raut mengeluh di wajah para relawan. Mereka terus mengais-ngais tak mempedulikan bulir keringat yang mengalir di wajah mereka.

Ket: - Luciana Tjhang mengajari cara memilah sampah. Bukan hanya di mulut, ia juga mempraktekkannya secara langsung
          bahkan hingga siang menjelang.

Yuliana salah satunya. Remaja 17 tahun yang berbadan kecil namun telah duduk di bangku kelas 3 SMA Budi Agung Jakarta Utara ini tak menyesal tidak bisa menikmati hari liburnya kali ini dengan refreshing seperti biasanya. “Sekali-kalilah pengen coba juga nambah pengalaman,” kesannya tentang pengalaman baru memilah sampah yang baru saja ia lalui. Awalnya Yuliana merasa jijik, namun lama-kelamaan, “Nggak kepikiran bau, nggak kepikiran kotor.” Malah usai bergelut dengan sampah wajahnya berbinar bahagia. “Bisa baksos begini seru, kan (buat) sosial amal,” ucapnya mantap.

Pemandangan yang agak berbeda terlihat di wajah Sari (45) yang terlihat agak pucat. Kepalanya agak pusing karena terlalu lama menunduk. Namun ibu 3 anak tersebut ini tetap merasa bahagia menjalani pengalaman pertama memilah sampah. “Seneng dong bisa bantu begini,” ucapnya sambil tersenyum. Meskipun ini pengalaman pertamanya, namun ia selama ini telah secara aktif ikut serta melestarikan lingkungan. Di tasnya selalu tersedia kantong hitam sehingga jika ada sampah berceceran di sembarang tempat, ia memungutnya dan mengantonginya sebelum akhirnya dibuang pada tempatnya. Kesadaran itu tumbuh sejak ia bergabung dengan Tzu Chi bulan Mei 2008 lalu. “Sebelum masuk Tzu Chi saya nggak kepikiran ke sana,” kenangnya.

 

Ket: - Dalam sehari, sekitar 4 hingga 6 mobil sampah diterima oleh posko daur ulang. Padahal, jumlah pekerja di bagian
          pemilahan sampah hanya mampu mengerjakan sekitar 3 mobil sampah per hari. (kiri)

     - Sejumlah anak muda yang masih duduk di bangku sekolah ikut dalam proses pemilahan sampah kali ini. Awalnya
         mereka merasa jijik, namun lama-kelamaan mereka menikmati aktivitas tersebut. (kanan)

Bahkan kini tiap Selasa mobil daur ulang mengambil sampah daur ulang di kediamannya di kawasan Keadilan, Jakarta Barat. Meski begitu, ia mengakui belum bisa membedakan sampah yang bermanfaat dan tidak. “Saya mau tahu juga sebenarnya apa yang bisa dipakai dan nggak. Biasanya saya ambil-ambil aja, kirim-kirim aja,” akunya jujur. Kini ia menjadi lebih mengerti tentang sampah daur ulang dan makin bersemangat melakukan pelestarian lingkungan.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id