Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 03/05/2009

Gebyar Hardiknas 2009

Bersekolah di Sepanjang Sudirman-Thamrin

                                                                                                  artikel & foto: Sutar Soemithra

Foto

* "Rumah" kecil SMP Cinta Kasih Tzu Chi berdiri di bahu Jalan MH Thamrin menawarkan pendidikan berbasis budaya humanis kepada pengunjung pameran pendidikan, Sabtu, 2 Mei 2009.

Sabtu pukul 12 larut malam, Edy Harsanto bersama 13 relawan Tzu Chi lain baru saja tiba di depan halaman gedung baru Plaza Indonesia yang belum selesai dibangun. Mereka mengendarai sebuah mobil boks yang penuh terisi benda-benda untuk pameran. Pukul 12 itu harusnya Jalan MH. Thamrin telah ditutup. “Jam 12 rencana udah clear mobil, tapi kan ternyata jam 4 belum,” kata laki-laki yang merupakan Kepala SMP Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat ini.


“Rumah” Kecil di Tengah Jalan Raya
Pukul 5 subuh akhirnya mereka baru bisa menurunkan isi mobil boks tersebut, dan menyusun sebuah “rumah” kecil dari bambu berwarna cokelat di bahu jalan protokol tersebut. “Rumah” kecil tersebut berukuran sekitar 6x4 meter. Di dindingnya digantung foto-foto aktivitas siswa-siswi SMP Cinta Kasih saat melakukan kunjungan ke panti jompo, membersihkan pantai Tanjung Pasir, juga ketika sedang melakukan daur ulang. Di sudut lain ditaruh sebuah meja kecil dengan perlengkapan kaligrafi, serta satu set meja dan kursi dari bambu di sudut yang lain lagi.

Pukul 6, “rumah” kecil tersebut telah selesai didirikan dan siap dikunjungi. Pameran pendidikan bertajuk Gebyar Hardiknas 2009 pun tidak lama kemudian resmi dibuka oleh Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Bowo pukul 06.30. “Semoga dunia pendidikan kita lebih baik untuk tahun mendatang,” harap pria yang akrab disapa Foke ini. Fauzi Bowo kemudian mengelilingi stand-stand dengan menggunakan sepeda.

Sebanyak 1.381 sekolah dari TK hingga SMA/SMK mendirikan stand di sepanjang Jalan Sudirman-Thamrin, dari bundaran Bank Indonesia hingga bundaran Senayan. Karenanya, kedua jalan tersebut ditutup untuk umum sejak hingga usai pameran pukul 09.00. Hanya busway yang boleh melintas, itu pun dengan sangat pelan karena jalan dipenuhi orang-orang yang berjalan kaki ataupun naik sepeda. Acara ini juga dicatat Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai kegiatan gebyar kreativitas pelajar terpanjang yang mencapai 13 kilometer. Pameran ini diadakan untuk memeriahkan Hari Pendidikan Nasional yang jatuh setiap tanggal 2 Mei.

 

Ket: - Ruas Jalan Sudirman-Thamrin yang biasanya penuh oleh kendaraan bermotor, berganti wajah dipenuhi stand-stand
         sekolah yang memeriahkan Gebyar Hardiknas 2009. (kiri)

     - Semua sekolah berlomba mempertontonkan keunggulan masing-masing agar menarik para pengunjung mendatangi
         stand sekolahnya. (kanan)

Semua sekolah seakan berlomba memamerkan keunggulan masing-masing agar makin banyak disinggahi oleh warga Jakarta yang pagi itu berjubel di sepanjang kedua jalan protokol tersebut. Sekitar 14 ribu siswa menjadi pelaku pameran dan juga menjadi pengunjung. Mereka datang bersama orangtua maupun sahabatnya. Tentu saja pameran ini menjadi sarana promosi yang bagus bagi sekolah-sekolah. Berbagai penampilan para pelajar seperti marching band, marawis, tari-tarian dan lagu, musik, hingga olahraga ikut menyemarakkan kegiatan yang pertama kali digelar ini. Beberapa produk dan karya unggulan juga dipamerkan.

Belajar dari Sekolah Lain
SMP Cinta Kasih Tzu Chi tampil beda dibandingkan sekolah-sekolah lain. menurut Suriadi, relawan Tzu Chi, SMP Cinta Kasih sengaja memilih konsep minimalis tanpa banyak atraksi agar budaya humanis yang ingin disampaikan lebih terlihat. “Kita mengeskpose pendidikan berbudaya humanis,” sambung Edy Harsanto. Konsep pameran tersebut diwujudkan dalam bentuk stand pameran berupa “rumah” dari bambu yang melambangkan kesederhanaan. Edy menjelaskan, “Idenya karena Tzu Chi identik dengan bambu. Kemudian tema kita ke bambu. Di Tzu Chi kebetulan sudah ada bambu seperti ini, kita juga banyak dibantu relawan, jadi kita tinggal membawa saja.”

Pengunjung bisa mengenali budaya humanis tersebut melalu foto-foto kegiatan siswa. Mereka juga terlibat dalam pameran tersebut dengan menyambut setiap tamu yang datang, ikut membagikan suvenir bertema budaya humanis, hingga memeragakan isyarat tangan di depan stand. “Kalo kita punya ciri khas sendiri, jangan malu. Keluarkan ciri khas kita sendiri, seperti halnya (Sekolah) Cinta Kasih punya ciri khas isyarat tangan. Jadi kita nggak perlu malu. Kita punya isyarat tangan, ya kita kembangkan,” ucap Chintya yakin. Siswi kelas 1 SMP Cinta Kasih ini merasa bangga karena selain bisa mempertontonkan isyarat tangan, ia juga mempertontonkan kemampuannya membuat kaligrafi Mandarin. Padahal ia mempelajarinya hanya dalam 4 hari ketika ia libur karena anak kelas 3 sedang Ujian Nasional (UN) seminggu sebelum pameran. Ia menuturkan kesannya menjadi peserta pameran itu, “Seneng bisa ketemu teman-teman yang lain, bareng-bareng sama sekolah yang lain juga. Bisa ngeluarin hasil karya kita sendiri.”

 

Ket: - Sebanyak 1.381 sekolah mendirikan stand memamerkan kemajuan pendidikan di Indonesia. Pameran ini dihadiri oleh
         sekitar 40 ribu siswa. (kiri)

     - Para siswa dengan percaya diri mempertontonkan keahlian mereka dalam berbagai keterampilan, salah satunya tari.
         (kanan)

Chintya pun bisa belajar dari anak-anak seumurnya yang bersekolah di sekolah lain. “Mereka punya kreativitas tersendiri dari sekolah yang satu ke sekolah yang lain,” imbuhnya, “Saya belajar (bahwa) kekompakan itu diperlukan dalam satu tim

Edy Harsanto pun tidak menyia-nyiakan pameran tersebut untuk mengintip keunggulan sekolah-sekolah lain untuk dipelajari. Mumpung semua sekolah berkumpul, Edy dengan leluasa bisa mengamati keunggulan sekolah-sekolah lain yang selama ini dianggap favorit. Ia pun tidak perlu repot dan keluar biaya besar untuk mengunjungi mereka satu per satu. “Saya mengunjungi beberapa sekolah yang favorit, dan memang semua sekolah itu memiliki keunggulan,” ujarnya. “Kita berharap bisa melihat keunggulan masing-masing sekolah sehingga kita bisa belajar, kita serap ilmunya,” tambah Edy.

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id