Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi

Inspirasi
Ceramah Master
 Kata-kata Perenungan
 Cerita / Dongeng
 Ajaran Buddha

 

 

 

 

 


 

 

 
 

 



Ceramah Master

Ayah dan Anak Mengenal Jalan Tengah
09/11/2005

Ada seorang remaja setengah baya ini pada waktu masa kecilnya dikarenakan adanya pikiran yang agak menyimpang, dia telah menato seluruh tubuhnya hingga meninggalkan bekas yang sulit dihilangkan di seluruh tubuhnya. namun sebenarnya baik dan buruk merupakan kedua sisi dari sebuah uang logam meskipun di permukaan kulit tubuhnya telah meninggalkan bekas yang seperti ini, namun asal memiliki tekad yang kokoh dapat merubah kesesatan menjadi kesadaran maka kekotoran dalam batin juga dapat secepatnya terhapus bersih. ingin mengubah alam kotor menjadi alam yang suci hal itu sebenarnya tidak sulit!

Maka seperti seorang yang kita saksikan ini, pada saat ini harusnya sudah orang setengah baya terkenang ketika dia masih berusia muda, hidupnya penuh dengan kebingungan, benar-benar tidak mengerti apa-apa. di usia belasan tahun, pada masa keemasannya, dia hanya gemar bermain saja karena senang bermain itulah, dia tidak dapat membedakan yang benar dan salah. mudah sekali terpengaruh, terjerumus dan tidak mampu memperbaiki diri. Pernah terlibat kasus pembunuhan yang gagal, juga pernah masuk ke panti rehabilitasi. Tetapi dia tidak menjadi lebih baik setelah itu, tidak saja tidak menjadi baik, malah semakin menambah rasa bencinya.

Dia membenci ayahnya karena tidak memperhatikannya, dia membenci ketidak-adilan masyarakat tehadap dia, dia sama sekali tidak mengaku bersalah, selalu merasa benci karena orang bersalah padanya. dia pernah mengalami sesuatu ketika dia berada di penjara. dia pernah menderita sakit di sana. dia lalu berkata kepada pegawai kejaksaan. “Anda harus secepatnya menolong saya, tolonglah saya, karena saya belum ingin mati, saya masih ingin membalas dendam”. Dia ingin membalas dendam, siapakah sasaran pertamanya ?. Ayahnya sendiri.

Tiba saat dimana anaknya akan keluar dari penjara, hati ayahnya juga merasa sangat tidak tenang. sangat ingin sekali untuk berimigrasi. Setelah anaknya keluar dari penjara, dia ingin segera meninggalkan tempat itu. untunglah ada seorang ibu tiri yang bijaksana, meskipun bukan ibu kandungnya, tetapi dia telah bergabung dengan Tzu Chi, pada saat itu belum menjadi anggota komite, hanya sebagai calon anggota komite. dia sering mendengar kisah tentang Tzu Chi, tentang apa yang dilakukan Tzu Chi dan juga membaca buletin dan majalah bulanan Tzu Chi baik mendengar wejangan Master melalui radio maupun menonton acara TV Daai. semuanya dapat diserapnya dengan baik. Lambat laun telah mempengaruhi suaminya, hingga dia bergabung ke Tzu Chi dan dia bergabung dengan sepenuh hati. baik di divisi 3 in 1 atau pada kegiatan yang mana saja dia selalu ikut berpartisipasi, dengan demikian semakin berkesempatan merasakan lebih banyak dan semakin banyak kesempatan introspeksi diri.

“Melalui bimbingan dari para kakak seperguruan, saya lalu terpikir akan ajaran Master. sebenarnya dia kekurangan apa?. karena dia kurang mendapatkan ketenteraman dan kehangatan cinta kasih dalam keluarga, maka saya berkompromi dengan isteri saya. selalu harus ada yang melangkah pertama, maka kita yang akan melangkah pertama.” Kata sang ayah.

maka dia putuskan untuk tidak pindah ke luar negeri, dia bertekad menghadapi kenyataan setelah anaknya bebas dan keluar dari penjara. setiap kali anaknya meminta uang padanya dia berikan dengan suara lembut dan ketika sang anak memarahinya, dia selalu minta maaf dan terus menerus berkata pada anaknya dia sangat menyesal dan malu. lambat laun ketulusannya dapat menggugah hati orang, karena ketulusan hatinya itulah telah berhasil meluluhkan hati anaknya dengan sumbangsihnya yang penuh cinta kasih yang dipersembahkannya dengan hati tulus, dengan rendah hati menyampaikan penyesalannya menyatakan semuanya adalah kesalahan sang ayah yang tidak pernah mendidiknya dengan sungguh-sungguh, tidak pernah memberi teladan yang baik. inilah sebabnya dia merasa menyesal dan malu terhadap anaknya dan telah mengaku bersalah. sikap tulusnya telah menggugah anak muda ini, lambat laun telah menyentuh hatinya. “Jika bukan dorongan semangat dari ayah, pada saat saya menghadapi kegagalan. ketika usaha saya tidak begitu lancer, usaha saya tidak berhasil dengan begitu saja. sering menemukan berbagai kegagalan. selalu saja pada saat-saat kritis, ayah dapat membantu saya dan juga ibu tiri saya, saya paling berterima kasih pada ibu tiri saya” kata sang anak.

Maka dia telah berubah drastic hanya tatonya yang tidak bisa dihapus. dia telah dapat bersikap sangat tulus terhadap siapa saja dia dapat dengan serius menjalankan usahanya dan seterusnya menjadi jaringan waralaba. pada saat setiap kali kita mengadakan bazzar dia selalu berpartisipasi sepenuh hati juga ikut bersumbangsih dengan cara ini dia benar-benar menjadi orang baik sekarang. dia sendiri juga mengatakan bahwa setiap orang selalu ingin menjadi orang baik tidak ingin menjadi orang jahat. katanya perasaan jadi orang baik sangat enak. mengapa kita tidak berusaha menjadi orang baik. mengapa kita hendak menjadi orang jahat. masa depan orang jahat sangat gelap maka kita seharusnya bisa membuat tabiat yang begitu agresif dan nekat berubah menjadi keuletan agar dapat belajar lebih giat di jalan Bodhisattva yang lurus dan lebar ini. orang baik dalam masyarakat akan bertambah satu, dapat menyelamatkan satu orang lagi. semuanya ini yang harus giat kita usahakan. Maka tetap harus bersungguh-sungguh dan giat belajar setiap saat, untuk menyelamatkan dan menyadarkan orang banyak di dunia ini adalah sangat sulit.

Saya menyaksikan berita TV Daai pagi tadi, posisi kita sekarang berada di lokasi bencana di Pakistan. para dokter kita yang berhati mulia selalu berkomunikasi dengan penduduk setempat. Ketika penterjemahnya masih belum hadir sedangkan pasien ingin berbicara dengannya, dia tidak mengerti apa yang dikatakannya. bagaikan seekor ayam dan seekor bebek. Terlihat sangat menarik hati. dokter kita di sana berupaya menggunakan bahasa isyarat tangan namun tetap sulit berkomunikasi tidak tahu harus bagaimana lagi. Dan akhirnya penterjemah telah kembali bertugas, dia merasa sangat lega. Maka kita harus berupaya untuk mendekatkan sel tubuh yang tersenyum dengan sel tubuh yang dalam keadaan marah berupaya bagaimana agar sel tubuh yang marah dapat bernyanyi dengan suara yang merdu. Sesungguhnya memang harus ada jalinan jodoh.

ada niat tetapi tidak terjalin jodoh, sungguh sangat sulit mendapatkan cara untuk menyelaraskannya. Sebagai kesimpulannya, kita harus belajar dengan sepenuh hati, belajar menggunakan cara apa menghadapi ketidak- selarasan dalam masyarakat, belajar dengan cara apa menghadapi ketidak-selarasan yang terjadi dalam tubuh kita. terhadap 4 ketidak-selarasan di dunia. kita harus berupaya bagaimana agar dapat menjadi seorang penyelaras. semuanya ini harus menggunakan jalan tengah. Bodhisattva adalah berjalan di jalan tengah yaitu sebuah jalan menuju pencerahan , ini adalah satu-satunya jalan yang lebar dan rata yaitu jalan Bodhisattva.

 

 

 

 

 

 


Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id