Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
| Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi |Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung |Kata Perenungan |



Cinta Kasih Itu Berwujud Rumah Baru

PELETAKAN BATU PERTAMA PERUMAHAN CINTA KASIH DI BANDA ACEH

Pagi itu sudah terlihat kesibukan di Jl. Tandi no. 11, Neusu, Banda Aceh. Kesibukan ini untuk mempersiapkan acara peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih di Desa Panteriek (Lam Seupeung), Banda Aceh. Sebagian relawan Tzu Chi di Aceh bertugas di lokasi peletakan batu pertama, sedangkan sebagian lagi bertugas menjemput para relawan Tzu Chi dari Jakarta yang datang dengan mencarter pesawat. Dalam rombongan tersebut terdapat Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Liu Su Mei; kedua wakilnya, Sugianto Kusuma dan Franky O. Widjaja; serta para relawan Tzu Chi dari Taiwan; termasuk juga Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah; Pejabat Pelaksana Sementara (Pjs.) Gubernur NAD, Azwar Abu Bakar; dan Walikota Banda Aceh, Mawardi Nurdin.

Rencananya rombongan akan tiba di Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda pada pukul 08.04 WIB. Di depan bandara, 3 bus yang akan membawa mereka ke lokasi acara telah menunggu. Pesawat mendarat pada pukul 08.18 WIB, sedikit meleset dari yang dijadwalkan. Rombongan langsung menaiki bus dan menuju Lambaro, Banda Aceh, tempat pemakaman massal korban gempa dan tsunami akhir Desember tahun lalu. Di tempat ini, rombongan memanjatkan doa dan tabur bunga untuk para korban. Menurut Walikota Banda Aceh, Mawardi Nurdin, korban tsunami di Banda Aceh berjumlah 46.000 jiwa. Setelah acara doa selesai, Walikota Banda Aceh langsung diburu para wartawan asal Taiwan untuk wawancara, sedangkan di sampingnya Sugianto Kusuma mendampingi untuk menjelaskan pertanyaan-pertanyaan dari para wartawan asing tersebut.

 

Cinta Kasih yang Tak Terhitung

Acara peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi yang disertai pembagian beras dilaksanakan pada tanggal 24 September pada pukul 10.00 WIB di Desa Panteriek (Lam Seupeung). Sejumlah anak berpenampilan sangat manis dan mengenakan pakaian adat khas Aceh, menghibur para tamu dengan mementaskan lagu dan isyarat tangan Sebuah Dunia yang Bersih. Anak-anak yang istimewa ini adalah anak pengungsi tenda Tzu Chi di daerah Jantho, Aceh Besar.

Dalam pembukaan acara, seorang perwakilan Tzu Chi Indonesia, membacakan surat dari Master Cheng Yen yang dibuat secara khusus untuk masyarakat Aceh yang terkena musibah. Dalam suratnya, Master berpesan, ˇ§Saya menyampaikan perhatian dan doa restu yang paling dalam. Bantuan dalam bentuk makanan ataupun kebutuhan lainnya akan habis pada suatu saat, namun jangan kita lupakan, dalam setiap butir beras terkandung cinta kasih yang tak terhitung jumlahnya. Pada setiap unit rumah dalam Kampung Cinta Kasih teriring doa restu yang tak terhingga, kami dengan hati tulus berharap semoga kalian dapat melalui masa-masa penuh kepedihan ini dengan selamat. Marilah kita saling memberi dukungan untuk menyongsong kembali hari-hari penuh keceriaan.ˇ¨

Pernyataan Master dalam suratnya yang penuh perhatian, disambut oleh Bachtiar Chamsyah dengan mengatakan, ˇ§Sebagai menteri sosial, hubungan antara pemerintah dan Yayasan Buddha Tzu Chi sudah cukup lama. Saya mengerti benar apa yang dilakukan oleh yayasan ini jauh sebelum adanya tsunami yang dahsyat di Aceh. Hampir setiap tahun secara teratur Yayasan Tzu Chi melakukan pengobatan gratis, memberi santunan, juga membangun rumah-rumah untuk mereka yang miskin.ˇ¨ Ia juga mensyukuri bantuan dari Tzu Chi berupa total 3.700 unit rumah yang akan dibangun di Banda Aceh dan Meulaboh untuk menampung para korban tsunami. Ia menambahkan, ˇ§Di sini tidak ada pemerintah, dana di sini semuanya sumbangan masyarakat, angota-anggota Tzu Chi, baik yang ada di Indonesia maupun yang ada di negara-negara lain, dollar demi dollar dikumpulkan.

Peletakan Batu Pertama

Matahari mulai meninggi, hingga suhu udara di Panteriek mulai terasa panas. Di tempat acara terdapat panggung di sisi depan yang dibangun berhadapan dengan tenda tempat duduk para tamu kehormatan. Di antara panggung dan tenda undangan, dibuat sebuah kolam pasir berdiameter kira-kira 8 meter. Di sisi kanan panggung dibangun lagi sebuah tenda yang dipenuhi oleh warga yang tinggal di Desa Panteriek serta beberapa orang penghuni Kampung Tenda Tzu Chi di Jantho. Sedangkan di sisi kiri panggung telah berdiri sepasang rumah contoh, yang bentuk dan ukurannya persis seperti rumah yang akan dibangun di Perumahan Cinta Kasih yang dicanangkan hari tersebut.

Setelah beberapa sambutan, penampilan tarian serta isyarat tangan, seremoni peletakan batu pertama pun dimulai. Anak-anak Aceh yang semula berpakaian adat tersebut memimpin dengan membawa sarung tangan putih, sementara di belakang mereka, para relawan Tzu Chi mengikuti sambil membawa sekop. Mereka berdiri di sekeliling kolam pasir berbentuk lingkaran. Di tengah-tengah kolam tersebut, berdiri tonggak yang telah diselubungi kain warna merah. Peletakan batu pertama secara simbolis dilakukan dengan menyekop pasir tersebut secara bersama-sama lalu melemparkannya ke tengah lingkaran kolam pasir.

Perumahan Cinta Kasih ini dibangun oleh kontraktor Perusahaan Perumahan (PP) dan berdiri di atas lahan seluas 13 hektar. Masing-masing rumah memiliki tanah 120 m 2, satu ruang tamu, dua ruang kamar tidur, satu dapur, dan satu kamar mandi. Tidak hanya itu, halaman yang ada di depan rumah juga cukup luas, lebih kurang 3x4 meter, dan masih terdapat tanah kosong di halaman belakang rumah. Menurut rencana, 500 unit rumah tersebut sudah siap ditempati tanggal 26 Desember 2005, tepat setahun setelah bencana tsunami terjadi.

 

Bagi Beras di Panteriek dan Jantho

Pada siang hari itu, Tzu Chi juga membagikan beras kepada warga sekitar. Para warga sudah berbaris antri secara teratur hingga membentuk dua barisan yang sangat panjang. Rencananya, Tzu Chi akan terus membagikan beras di daerah pengungsi. Untuk daerah Jantho, Aceh Besar 800 karung, Neuhen 850 karung, Lamcot 390 karung, Bayu 209 karung, dan karyawan PU 550 karung. Secara keseluruhan, Tzu Chi membagikan 1.530 karung di Desa Panteriek dan total keseluruhan yang dibagikan di berbagai desa berjumlah 4.755 karung atau 95 ton beras.

Dari tempat peletakan batu pertama Perumahan Cinta Kasih, rombongan meneruskan perjalanan menuju Kampung Tenda Cinta Kasih Tzu Chi di Jantho, Aceh Besar. Lama perjalanan lebih kurang satu jam. Jumlah pengungsi yang tinggal di Jantho ini mencapai 600 KK. Segala kebutuhan pengungsi mulai dari sembako setiap bulan, penyediaan air bersih, dan pengobatan, disediakan secara cuma-cuma.

Meski sebagian tamu undangan berasal dari Taiwan yang tidak mengerti bahasa Indonesia, tanpa canggung mereka menggelar acara ramah tamah dengan para pengungsi, membuat suasana kian mencair dan akrab dalam awal perjumpaan mereka. Para relawan mengajak warga untuk bernyanyi bersama-sama, sambil menggunakan bahasa isyarat tangan. Para relawan lainnya dan donatur tanpa terkecuali ikut bernyanyi bersama. Kemudian para relawan bersiap-siap membagikan beras kepada pengungsi. Relawan dari Taiwan juga ikut memanggul beras yang akan dibagikan. Mereka sangat antusias dan mengucapkan sebuah kata dalam bahasa Indonesia ˇ§Terima kasih!!ˇ¨ dengan suara lantang kepada para pengungsi, yang menyambut ucapan tersebut dengan ucapan yang sama sambil tersenyum gembira. Tidak hanya itu, para relawan juga membawakan beras tersebut hingga ke tenda tempat mereka tinggal, terutama bagi pengungsi yang sudah sangat tua. Hal ini membuat para pengungsi terkesima, sebab dalam pikiran mereka sangat tidak mungkin para relawan tersebut membawakan beras tersebut hingga ke tenda mereka. Sinar matahari yang terik menyengat kulit para relawan. Wajah mereka pun merona merah namun berbinar bahagia.

ˇE Naskah & Foto oleh Anand Yahya

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id