MAKASSAR : BERAS BISA HABIS TAPI CINTA KASIH TIDAK Makassar, yang dulu dikenal sebagai Ujung Pandang merupakan
kota tempat Kantor Penghubung Tzu Chi yang paling timur berada. Tanggal
18 Desember 2004 lalu, cinta kasih kembali berlabuh di kota ini. Menjelang
akhir masa pembagian 50.000 ton beras cinta kasih yang sudah mulai dibagikan
sejak tahun 2003 lalu, 1.000 ton beras dialokasikan untuk dibagikan pada
masyarakat Makassar yang membutuhkan. Secara terperinci, 1.000 ton beras
cinta kasih, diharapkan dapat mengisi piring nasi 50.000 KK yang tersebar
di 14 titik sasaran. Seorang penerima beras lain adalah seorang ibu yang bernama
Sonna. Ia sudah menjanda selama 40 tahun. Sonna tinggal di sebuah bilik
yang dindingnya terbuat dari triplek dan beratapkan seng. Di sana ia hidup
seorang diri karena anaknya yang tunggal juga telah meninggal. Dalam kesendirian
dan kemiskinan, saat itu ia sedang sakit. Sudah 4 hari ia tak dapat meninggalkan
pembaringannya, namun karena mendapat bantuan beras cinta kasih, akhirnya
ia memaksakan diri menuju tempat pembagian beras. Dikarenakan tubuh yang
masih lemah, ia pingsan di tempat pembagian beras, dan akhirnya diantar
pulang oleh relawan Tzu Chi. Sehari-harinya Ibu Sonna bekerja sebagai
pencari kerang di tepi laut. Biliknya yang berukuran 2 m x 1,5 m hanya
diisi dengan dipan tempat tidur dan sebuah rak kecil. Hawa di dalam bilik
sangat lembab karena sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam ruangan.
Selain itu bau amis terus tercium sepanjang hari, karena lantai bilik
yang belum dilapisi sering terendam air laut jika sedang pasang. “Hidup di dunia janganlah membedakan suku, agama,
dan ras”, itulah filosofi Master Cheng Yen yang coba diterapkan
oleh para relawan Yayasan Buddha Tzu Chi Surabaya. Suatu siang pada hari
Kamis, 14 Desember 2004 sekitar pukul 14.30 WIB, 23 anak Yayasan Karunia
yang beralamat di Bulak Rukem, berkunjung ke kantor Yayasan Buddha Tzu
Chi di Komplek Andhika Plaza, Surabaya untuk merayakan Natal bersama.
Mereka didampingi oleh 5 orang pengasuh. Kebersamaan nampak saat generasi muda berbaur dengan
generasi tua menyanyikan lagu berjudul Kuai Le Xiao Tian Di (Dunia yang
Ceria-Red) secara bersama-sama. Tak mau ketinggalan dengan generasi tua,
anak-anak menyanyikan lagu-lagu rohani. Diawali oleh Julio yang menyanyikan
lagu Tuhan Yesus Setia, lalu disambung oleh Jose melantunkan lagu Tuhan
Yesus Aku Berjanji dan ditutup oleh suara merdu Tito dengan lagu Bapa,
Engkau Sungguh Baik. Kasus terbaru yang ditangani oleh Tzu Chi Medan adalah
kasus luka bakar seorang ibu rumah tangga di Kaban Jahe yang bernama Ulfa
Dayanti Nasution (26 tahun). Di rumah sakit, Ufa hanya ditangai seadanya saja oleh dokter dengan mengoleskan salep kebakaran biasa dan obat antibiotic. Selan beberapa hari, luka bakarnya bertambah parah dan mengalami infeksi. Dokter menganjurkan pada suamiya agar Ulfa diobati secara tradisional saja karena biaya pengobatan yang harus ditanggungnya sangat mahal. Kondisi keuanganlah yang memaksa sang suami menuruti nasehat dokter. Lalu sesuai dengan informasi dari temennya, suami ulfa mengambil buah pinang kering dicampur dengan kopi dan gula, digiling sempai menjadi bubuk, lalu diadukan dengan minyak makan. Campuran ini kemudian dioleskan ke luka bakar Ulfa. Akan tetapi, bukannya membaik, luka baker Ufa dari hari ke hari malah makin parah. Bernanah juga mengeluarkan bau busuk yang menyengat. Tampaknya nyawa Ulfa pun semakin terancam. Akhrinya, seorang dokter di Kaban Jahe mengajurkan Ulfa segara dibawa ke rumah sakit besar. Nyawanya di perkirakan tidak akan tertolong dalam 1-2 minggu ini karena infeksi. Suamiya menajdi panic karena mereka tidak punya biaya. Ia meminta bantuan depada sanak family dan teman-teman, sambil mencari informasi jikalau ada yayasan social yang bersedia membantu mereka. Sebelum ada yayasan social yang mengunjungi mereka, tetap yayasan tersebut menolak setelah melihat kondisi Ulfa. Saat sudah hamper putus asa, salah satu temennya menyarankan agar mereka menghubungi Yayasan Buddha Tzu Chi Medan. Saat mengadakan survey, relawan Tzu chi sangat tersentuh melihat kondisi pasien yang begitu memprihatinkan. Foto pasien diambil untuk ditanyakan ke dokter spesialis berapa kemungkiannya untuk sembuh. Setelah dianalisa oleh dokter, kemungkinan ulfa untuk sembuh hanya 50%.
Kasus ini pun dibawa ke forum rapat dan hasilnya Tzu Chi setuju untuk
menangani kasus ini. Pada tanggal 24 Juli 2004, Ulfa dijemput dengan mobil
ambulans dan dibawa ke RS. Martha Friska, Medan. Setalah melalu tujuh
kali operasi, dalam waktu dua bulan, Ulfa sedang menjalani tahap pemuliahan
dan kondisinya semakin membaik.
Dalam rangka memperingati HUT Komando Pasukan Khas (Kopaskhas)
TNI AU, pada tanggal 12 Oktober 2004, Yayasan Buddha Tzu Chi Bandung bekerja
sama dengan TNI AU mengadakan baksos pengobatan di Desa Warnasari, Kecamatan
Pengalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Secara geografis, Desa Warnasari
terletak di sebelah selatan kota Bandung. Untuk sampai ke sana dibutuhkan
setidaknya dua setengah jam melalui jalan darat. Karena letaknya yang
agak terpencil, menurut pengamatan para relawan Tzu Chi Bandung, desa
tersebut dapat dikategorikan sebagai desa minus dalam bidang ekonomi maupun
pelayanan kesehatan. Diantara banyaknya pasien yang datang memeriksakan kesehatannya,
terdapat Dudi yang berumur 2,5 bulan yang menderita kelainan pada leher
dan mengalami sesak nafas. Setelah selesai kegiatan baksos, relawan Tzu
Chi melakukan survei ke tempat tinggal Dudi di Cikalong Gunung Cepu. Perjalanan
menuju ke sana hanya membutuhkan waktu sekitar 15 menit dari lokasi baksos.
Rumah tinggal pasien berupa rumah panggung yang sangat sederhana dengan
dinding papan kayu. Orang tuanya adalah buruh pemetik daun teh.
|
||||||||
Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334 |
Copyright © 2005 TzuChi.or.id
|