MENYELAMATKAN JIWA YANG TERSISA
|
Pendekatan kepada orang-orang Aceh harus dilakukan secara
personal dikarenakan karakter orang Aceh yang cukup berbeda dengan daerah
lain sehingga yang paling mengerti dan bisa melakukan pendekatan personal
lebih baik dilakukan oleh orang Aceh sendiri. Dan saya juga merupakan
bagian dari korban sehingga untuk berempati dan merasakan apa yang mereka
rasakan dapat dengan mudah dipahami,” tutur Faisal H. Amri, relawan
Tzu Chi dari Grup Sinar Mas ketika ditanya alasannya terlibat dalam kegiatan
kemanusiaan Tzu Chi di Meulaboh, Aceh Barat.
Meski ia kehilangan beberapa orang yang ia sayangi serta rumahnya hancur,
ia tidak terus larut dalam kesedihan. Tsunami telah merenggut ibu, kakaknya
yang sedang hamil 5 bulan dan 3 adik tiri yang tinggal di Banda Aceh.
Dari semuanya, hanya jenazah kakaknya yang dapat ditemukan yang tersangkut
di pohon mangga, sedangkan jenazah ibu dan adik tirinya tidak ditemukan.
Padahal, tahun depan ia berencana akan memberangkatkan kedua orangtuanya
ke tanah suci menunaikan ibadah haji. Tapi ternyata garis nasib menentukan
lain.
Sementara ayah dan kedua adiknya selamat karena tersangkut di pohon. Meski
sempat terjatuh, terjepit di parit dan tenggelam beberapa saat, ayah Faisal
dapat selamat setelah tersangkut di pohon belimbing. Adik perempuannya
yang berumur 20 tahun dapat selamat setelah sempat terbawa air dan tersangkut
di atas pohon mangga sejauh 500 meter dari rumah. Adik laki-lakinya beserta
istri, anak, dan mertua selamat setelah keempatnya tersangkut di pucuk
pohon kelapa setinggi 4 meter. Sementara istri Faisal yang keluarganya
berdomisili di Laupaceh, sekitar 1 km di belakang Masjid Baiturrahman,
Banda Aceh, kehilangan ibu, 2 kakak kandung, 2 kakak ipar, 1 adik kandung,
dan 6 keponakan. Faisal sendiri dan istrinya luput dari bencana karena
mereka sedang berada di Kalimantan Timur.
Tentu, kepedihan yang dialami Faisal tidaklah ringan. Namun, laki-laki
kelahiran Banda Aceh tahun 1972 ini segera bangkit dan ikut serta menolong
saudara-saudaranya. “Saya harus bisa lebih banyak lagi membantu
menyelamatkan saudara-saudara saya orang Aceh yang tertinggal dan siap
untuk menjalani sisa kehidupan dan menggapai hari esok yang lebih baik
dengan meninggalkan dan melupakan apa yang telah terjadi. Yang lalu biarlah
berlalu, namun sekarang bagaimana menyelamatkan dan memperjuangkan yang
masih tertinggal,” ia bertekad.
Selain itu, banyaknya orang dari luar Aceh, bahkan dari luar negeri yang
berbondong-bondong menjadi relawan di Aceh, sebagai orang Aceh, Faisal
termotivasi untuk berbuat lebih dari mereka. Tanpa kenal lelah, ia selalu
aktif mendekati para pengungsi untuk menanyakan langsung kebutuhan mereka.
Ketika ia dan 3 relawan Tzu Chi melakukan survei di Teunom, Aceh Jaya,
ia mengalami suatu perasaan yang sudah sangat lama tidak pernah dirasakannya.
“Saya menangis melihat mereka saling berebutan makanan,” tuturnya
lirih. Ia pantas meneteskan air mata karena ketika ia melakukan survei
ke Teunom, bencana sudah hampir satu bulan berlalu, namun bantuan ke Teunom
masih sangat kurang dan kerusakan belum tersentuh.
Di dalam segala duka tersimpan hikmah, begitu bunyi salah satu syair lagu
Air Mata milik grup band Dewa. Begitu pula keyakinan Faisal, “Dengan
bencana ini mudah-mudahan orang Aceh mendapat pencerahan kembali di dalam
menjalani sisa kehidupan dan dapat saling mengasihi dengan ikhlas sesama
manusia.”
|