Catatan
Harian Sri Suryaningsih (Kelas IIA SLTP Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng)
MIMPI MENJADI NYATA
Tatkala jodoh telah terjalin, tak ada impian yang mustahil.
Tanggal 19-27 Oktober 2004, 26 siswa dan 11 guru Sekolah Cinta Kasih Tzu
Chi melakukan kunjungan ke kantor pusat Tzu Chi di Hualien, Taiwan. Sri
Suryaningsih adalah salah satu yang terpilih untuk ikut serta. Berikut
catatan harian Sri tentang pengalamannya bersama teman-temannya selama
pergi ke Taiwan dan bertemu langsung dengan Master Cheng Yen.
Masa Pembekalan
Pada saat pembekalan untuk pergi ke Taiwan, saya mengikutinya dengan sungguh-sungguh,
begitupun dengan teman-teman yang lain. Saya belajar bahasa Mandarin,
juga hal lainnya. Kami diajarkan bagaimana makan dengan sopan, menggunakan
peralatan-peralatan yang asing bagi kami, cara duduk, ataupun cara memanggil
pelayan. Kami juga belajar bagaimana cara melayani seorang tamu dengan
ramah dan penuh sopan santun.
Selain itu, kami juga mempersiapkan pertunjukan-pertunjukan alat musik
tradisonal, yaitu angklung; tari-tarian daerah, antara lain tari Saman
dari Aceh dan tari Japong dari Jawa; dan isyarat tangan. Tidak lupa, kami
juga mempersiapkan pakaian-pakaian serta segala sesuatu yang khas Indonesia
untuk ditampilkan dalam bazar.
19 Oktober 2004
Setelah mendarat di Taipei, kami menuju Kuan Du. Kami hanya diberi waktu
untuk mandi, setelah itu langsung ada pertemuan perkenalan. Walaupun baru
bertatap muka pada pertemuan itu, kami serasa pernah bertemu dengan orang-orang
asing tersebut.
20 Oktober 2004
Pada pukul 14.30, kami menuju Hualien dengan naik kereta api. Benar-benar
mengagumkan! Di sebelah kiri-kanan terdapat pemandangan indah, di sebelah
kiri ada laut dan di sebelah kanan terlihat banyak pegunungan. Ketika
sampai di Hualien, kami disambut dengan begitu meriah selayaknya menyambut
seorang tamu agung.
21 Oktober 2004
Kami memulai kegiatan pukul 07.00 dengan makan pagi. Kami kaget ketika
ingin makan diawali dengan sebuah lagu. Usai makan, kami menuju SD dan
SLTP Tzu Chi. Saya sangat senang karena bisa bertemu kembali dengan teman
yang selama tiga bulan ini tidak bertemu (yang dimaksud adalah siswa-siswa
Sekolah Tzu Chi Taiwan yang mengunjungi Indonesia pada bulan Agustus 2004
-Red). Lantas kami belajar bahasa isyarat internasional sehingga sedikit
demi sedikit kami bisa berkomunikasi.
22 Oktober 2004
Seperti biasa, sebelum memulai kegiatan, kami makan pagi. Sebenarnya kami
terkadang kurang bisa menyesuaikan makanan dengan mulut kami, tapi kami
tetap harus memakannya.
Setengah hari itu kami sangat lelah karena naik dan turun tangga secara
berulang-ulang, memasuki satu gedung kemudian pindah ke gedung yang lain.
Tapi kami merasa senang karena bisa memasuki berbagai macam gedung dan
mengambil hikmahnya. Gedung-gedung yang mencakar langit sungguh menakjubkan.
Setelah tengah hari, kami kembali ke asrama dan mengikuti latihan perayaan
hari olah raga. Saya dipilih untuk menjadi peserta lari estafet. Setelah
tongkat dioper ke saya, saya langsung berlari kencang-kencang. Tapi ternyata
itu hanya latihan, pertandingan sebenarnya dilaksanakan hari Minggu nanti.
Kami kembali ke asrama untuk mandi dan bersiap-siap mengikuti perayaan
hari ulang tahun Sekolah Tzu Chi. Kami berusaha mengikuti dengan sungguh-sungguh,
tapi mata ini sudah sulit sekali dibuka.
23 Oktober 2004
Pagi harinya, kami jalan-jalan. Sepulang dari itu, kami mempertunjukkan
penampilan yang telah kami persiapkan di hadapan Master Cheng Yen serta
seluruh insan Tzu Chi dari berbagai negara. Kami menampilkan isyarat tangan
dan tari-tarian daerah di hadapan dunia. Sungguh benar-benar suatu kebanggaan
tampil di hadapan dunia. Acara ini juga direkam oleh Da Ai TV.
24 Oktober 2004
Hari ini kami mengikuti lomba lari estafet dengan penuh semangat untuk
meraih kemenangan. Ternyata, semua itu hanyalah sebuah permainan, tidak
ada menang ataupun kalah. Kembali kami mengalami penyesalan. Tapi kami
sadar, tidak semua peristiwa bisa dijadikan lelucon.
Usai perayaan olahraga, kami dikumpulkan dalam satu ruangan dan diputarkan
video tentang anak-anak yang menderita di dunia. Usai menonton video,
hati saya sangat terguncang, sangat menyesal dan saya tidak kuat lagi
menahan air mata penyesalan.
25 Oktober 2004
Kami tidak keluar karena diberitakan akan ada angin topan yang menuju
ke Hualien. Sekitar pukul 13.00, kami pergi ke RS. Tzu Chi di Hualien
untuk bertemu dan menghibur para pasien, dan sekaligus menjenguk kedua
teman kami yang sakit, Wahidatun dan Ruansyah.
Pukul 15.00, kami menonton film Finding Nemo bersama teman-teman dari
Afrika Selatan, Uhan (RRC), dan Amerika. Kami semua tertawa melihat cerita
seekor ayah ikan dan anak ikan yang lucu. Tapi pada saat sharing, kami
justru meneteskan air mata karena arti dari film itu adalah betapa besarnya
kasih sayang serta pengorbanan orang tua untuk anaknya meski nyawa sekalipun
taruhannya. Yang membuat kami lebih terharu adalah teman-teman dari Uhan.
Mereka hidup sendiri, tanpa kasih sayang dari orang tua. Kami pun berusaha
untuk memberi semangat pada mereka agar tabah.
26 Oktober 2004
Kami pergi ke rumah Master Cheng Yen. Kami sangat kagum melihat keasrian
rumah Master. Di sana, kami mendengarkan sharing teman-teman kami di hadapan
Master, dan diberi suvenir dan gelang Tzu Chi.
Pukul 15.00, kami berkeliling. Kami melihat pabrik lilin milik Tzu Chi,
kayu bakar, dll. Di sana, kami berkenalan dengan Ta Pao dan Shan Lai,
seekor anjing dan seekor kucing yang lucu.
27 Oktober 2004
Pagi sekali, kami pergi ke Taipei dengan kereta api
untuk mengunjungi stasiun TV Da Ai. Kami banyak mendapatkan ilmu tentang
bagaimana suatu stasiun TV memproduksi film-film.
Sesudahnya kami menuju Kuan Du untuk mengikuti acara perpisahan. Di sela-sela
acara, kami bersuka cita, tapi di penghujung acara semua berganti dengan
tangis air mata. Walaupun baru beberapa hari kami bertatap muka, tapi
seakan sudah bertahun-tahun kami bertemu hingga sulit dipisahkan.
Kesan dan Pesan
Taiwan sungguh indah. Tidak salah kalau dulu Taiwan disebut dengan “Formosa”
yang artinya “pulau yang indah” Pesan saya untuk teman-teman
saya di Taiwan, “Jangan lupakan kami dan semua waktu dalam beberapa
hari yang lalu agar bisa dijadikan kenangan yang indah dalam hidup kita.”
Bisa naik pesawat terbang, bisa melihat negeri luar, dan bertemu dengan
Master, sebelumnya seolah begitu jauh dari jangkauan saya. Bahkan bukan
hanya bertemu Master, kami juga dipeluk dan dicium dengan kasih sayang
yang mendalam. Semua yang selama ini hanya impian belaka kini telah tercapai.
|
Keterangn Gambar : "Sampai ketemu lagi,
akan kami bawakan cerita menarik dari negeri seberang" |
|