Peta Situs | Komunitas Tzu Chi | Links  
Tentang Kami | Berita Tzu Chi | Misi & Visi | Cara Berpartisipasi | Jadwal Kegiatan | Inspirasi | Kantor Penghubung | Kata Perenungan
Berita Tzu Chi
 Amal
 Kesehatan
 Pendidikan
 Budaya Kemanusiaan
 Lingkungan
 Berita Lain
 Foto Peristiwa
Pesan Master
Tanpa mengerjakan sesuatu setiap hari adalah pemborosan kehidupan manusia, aktif dan berguna bagi masyarakat adalah penciptaan kehidupan manusia.
-- Master Cheng Yen  
Lihat Pesan Lainnya
Lain - lain
 Tzu Chi E-Cards
 Tzu Chi Wallpaper
 Tzu Chi Songs
 Tzu Chi Souvenir
 Hubungi Kami
 Forum Tzu Chi

 
Tanggal : 06/03/2009

Kunjungan Kasih Tan Ai Ming

Jangan Melupakan Budi

                                                                                                                      artikel: Apriyanto & foto: Anand Yahya

Foto

* Lubang yang mirip sumur ini merupakan satu-satunya sumber air tawar yang digunakan Tan dan Untung untuk mandi.

Jumat, 6 Maret 2009, kami yang terdiri Anand Yahya, Susilawati, dan saya kembali mengunjungi Tan Ai Ming. Tepat pukul 10.00 WiB, kami tiba di taman BMW, Sunter, Jakarta Utara. Sisa hujan di hari kemarin masih menyisakan tanah yang becek, berlumpur, dan penuh lalat yang beterbangan. Mobil yang kami tumpangi praktis tidak dapat masuk. Akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki sepanjang satu kilometer. Sesampainya di lokasi, lubang yang biasa digunakan oleh Tan Ai Ming sebagai pintu keluar-masuk kini tertutup oleh pintu papan. Kami mengintipnya dari celah-celah sambungan pintu papan. Samar-samar kami melihat sosok Untung (putra Tan Ai Ming -red) di balik gubuk yang berada di tepian danau. Panggilan kami tidak ia hiraukan. Justru, ia semakin menyelipkan tubuhnya di balik gubuk. ”Untung... kai men hao bu hao (tolong buka pintunya),” teriak Susi dalam bahasa Mandarin kepada Untung agar membukakan pintu.

Perlahan-lahan, Untung mencondongkan tubuhnya dari balik gubuk triplek. Sedikit demi sedikit wajahnya mulai terlihat jelas. Tubuhnya, kakinya, dan akhirnya seluruh dirinya ia tampakkan dari balik persembunyiannya. Sambil menenteng ember kaleng besar, Untung melangkah pelan, mengisyaratkan kehati-hatiannya dalam menemui orang yang masih asing. Pintu kayu kecil itu ia buka perlahan-lahan, kemudian ia letakkan ember kaleng itu di depan pintu. Berselang beberapa saat, akhirnya ia menyembulkan tubuhnya dari balik lubang dan berdiri tegap di hadapan kami. Meski tubuhnya kurus, namun tulang-tulangnya yang besar masih memperlihatkan kekuatan dan keperkasaan laki-laki. ”Papa tidak ada, Papa pulang malem,” katanya. Kami berusaha mendekatinya dengan memberikan uang saku kepadanya, ”Nggak usah lah!” larangnya kepada kami. ”Abang pulang dulu, besok balik lagi. Pulang dulu Abang..! Saya mau mandi !” pintanya setengah berteriak. Telapak tangannya ia tepiskan seraya mengusir kami dari hadapannya.

Setelah kami menyingkir dari hadapannya, Untung langsung berjalan menuju lapangan. Ternyata di tengah ilalang terdapat sebuah lubang terbuat dari beton. Bentuknya mirip dengan sumur, hanya saja sumur ini berisikan air tadah hujan. Airnya terlihat sedikit jernih namun banyak ditebari lumut-lumut dan jentik nyamuk. Dengan sedikit membungkuk ia masukan ember kaleng itu ke dalam sumur beton, kemudian ditentengnya ember kaleng itu oleh Untung. Terlihat sangat ringan dan ternyata memang benar ia hanya mengisi seperdelapannya saja dengan air. Setelah masuk, pintu kembali ia tutup rapat.

Anwar salah satu warga yang tinggal di kawasan Taman BMW mengatakan bahwa sesungguhnya Untung tidak mengganggu warga yang tinggal di sekitarnya dan kepada anak-anak pun Untung tidak pernah bersikap kasar. Menurut Anwar, Tan selama ini memiliki sikap yang baik terhadap warga yang ada di sekitarnya. Ia juga seorang ayah yang baik, meski perilaku Untung yang sering di luar batas, tak pernah sekali pun Tan memukulnya.

 

Ket: - Untung saat mengintip dari balik papan. Untung biasanya takut menerima kehadiran orang yang tak dikenal. (kiri)
       - Untung saat keluar dari balik tembok untuk mengambil air di tengah lapangan. (kanan)

Sri, salah satu warga lainnya juga membenarkan kalau kehadiran Tan dan anaknya tidaklah mengganggu warga yang lain, ”Biasa, dia kalau lagi angot ngamuk. Tapi ngamuk di rumah sendiri nggak pernah ganggu orang lain,” tambahnya.

Tak lama berselang, dari kejauhan terlihat Yopie Shibo datang dengan menunggangi sepeda motor. Terlihat badanya Yopie shibo meliuk-liuk untuk memberi keseimbangan saat melintasi jalan rusak, yang lebih tepat sebagi jalan cross contry. Setelah sampai ia langsung masuk ke kediaman Tan. Atas kehadirannya maka kami dapat masuk menyambangi tempat tinggal Tan. Menyadari Tan tidak ada di tempat maka Yopie segera menghubungi Tan melalui ponselnya. ”Sebentar lagi dia sampai, dia sekarang udah jalan pulang,” kata Yopie shibo.

Satu jam menunggu, akhirnya Tan datang mengenakan kaus oblong berwarna kuning, bercelana pendek abu-abu, dan bersandal karet. Senyum lebarnya langsung ia tebarkan hingga giginya yang tak lagi utuh terlihat jelas, sejelas keramahannya saat menyambut kami. Berulang kali Tan mengatakan maaf kepada kami karena telah menunggu lama.

Kali ini kedatangan Yopie membawa berita baik untuk Tan. Dari hasil rapat di hari kamis 5 Maret 2009, akhirnya Tzu Chi memutuskan untuk memberikan bantuan kesehatan dan biaya hidup sehari-hari kepada Tan. Berita ini disambut hangat oleh Tan, ia terlihat sangat gembira saat mengetahui kalau anaknya mendapat bantuan pengobatan. Senyuman lebar dan ucapan terima kasih berkali-kali ia sampaikan kepada kami. ”Terima kasih kepada Tzu Chi karena telah membukakan jalan untuk anak saya,” ucapnya dengan semangat.

 

Ket: - Untung yang mulai akrab, menunjukkan mainan-mainannya. Mainan inilah yang menjadi sahabatnya sehari-hari.
         (kiri)
       - Semangat yang kuat membuat Tan Ai Ming terus berjuang dan menggoreskan kisah pada hidupnya. (kanan)

Melihat kami bercakap-cakap akrab dengan Tan, Untung pun langsung ikut mengambil bagian. ”Papa, tadi saya difoto sama Abang,” katanya seraya membuka pembicaraan. Dengan gayanya yang tersipu malu ia menawarkan roti kepada Yopie shibo sebagai tanda keakraban. Tidak lama kemudian Untung telah akrab dengan Anand shixiong dan Susi shijie. Untung mulai menunjukkan mainan-mainannya, bercerita dengan mainan orang-orangan, berkhayal, dan rasa ragu itu telah luntur dari diri Untung.

Melihat kondisi ini Tan terlihat sangat gembira. Berulang kali Tan berkata ia akan sukses kembali dan setelah sukses ia tidak akan melupakan budi baik Tzu Chi dan orang-orang yang telah memperhatikannya. ”Suatu hari saya akan berhasil, saya akan buktikan kalau saya kembali berhasil, dan saya tidak akan lupa pada semua orang yang bantu saya.” Semangat Tan untuk mandiri terlihat sangat kuat, sekuat ilalang yang terus tumbuh meski berkali-kali dipapas. Juga prinsip hidupnya: kemauan dan kejujuran yang terlihat sederhana, sesederhana bunga morning glory yang terus merambat dan indah. Menurutnya, dengan kemauan dan kejujuran saja seseorang sudah dapat hidup di dunia ini.

Tan hanyalah segelintir dari banyaknya jiwa yang terpapas. Tapi meski berulang kali terpapas, Tan masih tetap berusaha. Berbekal semangat dalam Jiwanya dan kejujuran dalam nafasnya ia terus melanjutkan perjuangan untuk mengoreskan kisah pada kanvas pengalaman yang akhirnya menghasilkan lukisan indah kehidupan. ”Saya telah banyak mengalami pahit-getirnya kehidupan, tapi saya tetap berusaha. Biar saja semuanya jadi pelajaran hidup, saya belajar, kamu belajar, dan ini semua menjadi gambaran hidup,” terang Tan.

Berita Terkait :
       - Kekuatan Hati Tan Ai Ming (02/03/2009)
       - Untukmu Papa dan Mama (04/04/2009)

 

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia
Telp. (021) - 6016332, Fax. (021) - 6016334
Copyright © 2005 TzuChi.or.id